Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Semarang. Ada tradisi menarik di Dukuh Bakalan, Desa Kebowan, Suruh, Kabupaten Semarang yang masih dijaga turun temurun. Mereka menjaga kesadaran bersama menjaga mata air sebagai sumber penghidupan untuk pertanian dan kebutuhan hidup lainnya.
Warga dari kampung-kampung di sekitar umbul (mata air) setiap bulan Ruwah selalu mengadakan acara bersih-bersih di sekitar mata air. Selain itu juga dilakukan kegiatan menguras kolam mata air sungai tersebut yang berada di lereng Gunung Merbabu itu.
Selanjutnya, siang hari, mereka kembali berdatangan membawa makanan untuk disantap bersama di area umbul. Memanjatkan syukur atau anugerah alam yang diberikan, berdoa bersama untuk kebaikan penghidupan, lalu bergembira makan bersama.
"Tradisi ini adalah kearifan lokal yang diturunkan secara turun-temurun. Tujuannya agar warga penghuni sekitar mata air ini timbul kesadaran bersama menjaga kelestarian alam. Menjaga mata air yang berarti juga menjaga penghidupan mereka sendiri," ujar Jarot Wiyono, tokoh warga setempat, Minggu (29/4/2018).
Makanan yang mereka bawa layaknya menu kenduri di tradisi Jawa. Nasi gurih, gudhangan, ikan asin, ingkung ayam dan sebagainya. Selanjutnya, bawaan itu dimakan bersama setelah didoakan.
Hal lain yang dilakukan adalah menguras kolam umbul, sebelum acara Dhawuhan Kali dimulai. Tujuannya adalah memastikan kondisi kolam dan membersihkan sumbatan-sumbatan yang mungkin terjadi selama setahun sehingga mengganggu kelancaran air sumber keluar dari lubangnya.
"Selain itu sejak tadi pagi ibu-ibu warga kampung sudah melakukan kegiatan di area umbul ini untuk memasak minuman dhawet. Langsung dimasak di sini. Setiap warga yang datang lalu disambut dengan minuman itu. Tujuannya agar warga selalu ingat dan sadar betapa segar minum dari air sumber alami," kata Jarot. ?(dtc)