Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ruas jalan (nasional, provinsi, kabupaten) di Sumatra Utara jelek dan cepat rusak bila dibandingkan dengan provinsi tetangga, seperti Aceh dan Sumatera Barat (Sumbar). Badan jalan yang baru diperbaiki cepat rusak karena faktor minimnya anggaran untuk perbaikan.
Direktur Jembatan Direktorat Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian PUPR, Iwan Zarkasih mengatakan panjang jalan nasional di Sumatera Utara (Sumut) mencapai 2.500 kilo meter (km) sementara anggaran yang tersedia terbatas. Sehingga dana perbaikan ruas jalan nasional yang dipergunakan di Sunut tergolong minim bila dibandingkan dengan provinsi lain.
"Ruas jalan di Sumut jelek dan cepat rusak karena anggaran yang dipergunakan minim. Di Sumut jalannya panjang 2.500 kilometer. Kalau di Pulau Jawa itu jalannya sudah dari ujung ke ujung pulang pergi atau dua kali panjang jalan di Jawa, " kata Iwan Zarkasih di sela-sela Seminar Nasional Teknik Jalan (SNTJ) 2018 dan Rapat Umum Daerah (RUD) V DPD HPJI Sumatera Utara, Sabtu (17/11/2018), di Library Digital Universitas Negeri Medan (Unimed), Medan.
Iwan Zarkasih menegaskan, jalan di Sumatra Utara itu bukan gak tahan lama, itu semua terkait dengan keterbatasan anggaran.
"Apa yang tak ada di Sumatra Utara, material semua ada, tenaga kerja sudah pada bagus dan profesional. Jadi, itu semua karena keterbatasan anggaran yang tersedia. Kan susah mengelola jalan sepanjang itu, akhirnya perbaikan dengan dana yang terbatas itu, " tegasnya.
Pada SNTJ 2018 yang digelar DPD HPJI Sumut itu diungkapkan berbagai cara dan teknologi untuk membangun jalan dan jembatan, antara lain teknologi modular beton pada jembatan, teknologi modular baja pada jembatan. Untuk membangun jalan baru dipaparkan perbaikan tanah lunak, pekerjaan soil preloading, pekerjaan vacuum preloading dan lainnya.
Ketua Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI) Sumut, Harry Marbun mengakui semua yang dipaparkan para narasumber bagus. Tapi kenyataan di lapangan tidak berjalan, karena perencanaan yang dibuat pengguna jasa (pemerintah) yang diberikan kepada penyedia jasa (kontraktor) tidak sesuai karena keterbatasan anggaran.
Sehingga, kata Harry Marbun, pembangunan atau perbaikan jalan di Sumut kurang maksimal karena menggunakan anggaran minim. Jadi, imbuh, Marbun, badan jalan di Sumut tidak tahan lama bukan murni kesalahan penyedia jasa tapi juga dipengaruhi minimnya anggaran yang dipergunakan atau anggaran yang tersedia pada pekerjaan tersebut.
Ketua Panitia SNTJ 2018, Bambang Pardede juga mengharapkan melalui seminar tersebut mampu meningkat sumber daya manusia (SDM) sektor konstruksi sehingga lahir tenaga kerja yang handal, berkualitas dan profesional. Sehingga kualitas pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan di Sumut semakin meningkat.