Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Damaskus - ISIS semakin terdesak. Laporan terakhir, tak kurang dari 3.000 kombatan (petempur) menyerah di Suriah.
Sebanyak 3.000 kombatan dilaporkan menyerah setelah adanya gempuran yang terus dilancarkan oleh SDF.
Gempuran terhadap ISIS di Suriah oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung koalisi militer pimpinan AS memang telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Satu per satu wilayah kekuasaan ISIS berhasil direbut kembali.
SDF memperkirakan masih ada 1.500 warga sipil dan 500 kombatan ISIS yang tersisa. Namun, setelah menggempur ISIS pada Februari 2019 lalu di Baghouz, SDF menyadari bahwa jumlahnya jauh lebih banyak.
Seperti dilansir CNN, Rabu (13/3), juru bicara Pasukan Demokratik Suriah (SDF), Mustafa Bali, mengklaim hingga Selasa (12/3) malam waktu setempat, jumlah militan ISIS di Suriah yang meletakkan senjatanya 'naik hingga 3 ribu' orang. Ditambahkan Bali bahwa tiga wanita Yazidi dan empat anak diselamatkan dari ISIS.
Diketahui bahwa pertempuran sengit masih berlangsung di kota Baghouz, yang menjadi wilayah terakhir yang dikuasai ISIS di Suriah.
Tim CNN yang ada di Suriah menyaksikan langsung pertempuran sengit yang berlangsung di kota Baghouz sepanjang Selasa (12/3) malam hingga Rabu (13/3) pagi waktu setempat. Sejauh ini SDF enggan memberi penjelasan detail soal apa yang akan dilakukan terhadap petempur ISIS yang belum mau menyerahkan diri.
"Momen menentukan jauh lebih dekat dari sebelumnya," sebut Bali dalam pernyataannya, merujuk pada pertempuran sengit dengan ISIS di Suriah.
Diklaim oleh Bali bahwa para petempur ISIS di Baghouz 'menyerahkan diri secara massal'.
Bali sebelumnya mengklaim bahwa dua depot senjata telah dihancurkan dalam gempuran di Baghouz. Gempuran itu disebut menewaskan 38 petempur ISIS.
Nasib Ribuan Anak Eks Anggota ISIS
BBC melaporkan, Sabtu (23/2), ribuan anak dari seluruh dunia yang tetap terjebak di Suriah menghadapi masa depan yang tidak pasti dan berbahaya, demikian diperingatkan sebuah organisasi kemanusiaan. Save the Children menemukan lebih 2.500 anak-anak dari 30 negara di tiga kamp saja.
Mereka dipisahkan dari penghuni kamp lainnya, di daerah terpisah dengan perempuan asing yang diduga mantan anggota kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).
Peringatan dikeluarkan sementara perdebatan tentang langkah yang perlu diambil terhadap mereka terus berlanjut.
Masalah ini mengemuka setelah sejumlah perempuan mengatakan mereka menyesalkan tindakan mereka dan ingin kembali ke negara asalnya, termasuk ke Inggris, Amerika Serikat dan Prancis, agar mereka dapat membesarkan anak dengan damai.
Sebagai jawabannya, Inggris dan AS melarang dua ibu untuk kembali.
Menurut laporan tahun 2018 dari International Centre for the Study of Radicalisation (ICSR), paling tidak terdapat 3.704 anak kelahiran asing yang dibawa orang tua atau pengasuh mereka ke daerah ISIS, termasuk 640 dari Prancis, paling tidak 350 orang dari Rusia dan hampir 400 dari Maroko. dtc