Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jepang dilaporkan sukses 'mengebom' sebuah asteroid yang lokasinya berada sejauh 300 juta kilometer dari Bumi. Itu merupakan usahanya dalam mencari material yang dapat memberikan petunjuk mengenai asal-usul kehidupan pada sebuah planet.
Adalah Hayabusa 2 yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut. Wahana antariksa milik Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) itu menggunakan small carry-on impact (SCI) untuk membuat ledakan di asteroid bernama Ryugu.
Berbentuk seperti kerucut, SCI dipersenjatai dengan peledak tembaga seukuran bola bisbol, namun beratnya mencapai 2 kilogram. Ia diprogram untuk meledak 40 menit setelah dilepaskan dan menghasilkan kawah di permukaan asteroid tempatnya diletakkan.
Ukuran kawah yang tercipta dari ledakan itu akan tergantung dari komposisi dari permukaan asteroid bersangkutan. Jika berpasir, maka diameter kawahnya bisa mencapai 10 meter. Sedangkan kalau berbatu, ukurannya akan mengerucut menjadi 3 meter saja. Kalau kedalamannya, diprediksi akan menyentuh 1 meter.
Hayabusa 2 sendiri melepaskan senjatanya itu ketika berada sejauh 500 meter di atas Ryugu. Setelah meluncurkan alat peledaknya itu, ia pun membagikan foto asteroid tersebut sudah terpasang SCI, sebagaimana tampak pada thread yang dibuat oleh akun Twitter resmi Hayabusa 2.
Selain itu, kendaraan luar angkasa itu juga disebut tetap dalam kondisi terbaiknya setelah menjatuhnya alat berisi proyektil tersebut. Sayangnya, mereka belum memberikan gambar saat ledakan terjadi, atau bukti yang dapat menunjukkan misi mereka itu sudah tuntas sepenuhnya.
Nantinya, Hayabusa 2 akan kembali lagi ke Ryugu untuk mengambil puing dan debu-debuan hasil ledakan untuk mengobservasi permukaan asteroid. Tak cuma itu, ia juga bakal mengkoleksi sampel dari dalam tanah yang belum terekspos oleh Matahari atau radiasi dari objek luar angkasa lainnya.
Ryugu sendiri diperkirakan mengandung bahan-bahan organik dan air dari peristiwa terbentuknya sistem Tata Surya 4,6 miliar tahun yang lalu. Jumlah yang terkandung di dalamnya pun juga sepertinya bakal besar.
Jika misinya itu sukses, maka untuk pertama kalinya sebuah wahana antariksa bisa mendapatkan material seperti itu (sampel dari bawah permukaan asteroid. Walau demikian, untuk urusan ledak-ledakan, NASA sempat melakukannya pada 2005 lalu terhadap sebuah komet, meski tidak mengoleksi sampelnya.(dtn)