Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kaum perempuan perlu dibekali pengetahuan unutk menjadi agen perdamaian. Hal itu sebagai upaya mencegah radikalisme dan terorisme, karena belakangan perempuan rentan menjadi korban.
Berdasarkan penelitian Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) tahun 2017 menunjukkan bahwa perempuan Indonesia mulai mengambil peran dalam tindakan ekstrimisme dan radikalisme. Bahkan, beberapa dari mereka ingin menjadi pelaku bom bunuh diri.
Hal itu diungkapkannya Kasubdit Pengawasan Direktorat Penegakan Badan Nasional Pencegahan Terorisme, Chairil Anwar, di sela-sela workshop Perempuan Agen Perdamaian bertema "Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme", yang digelar di Le Polonia Hotel Medan, Senin (8/4/2019).
"Sebagaimana diketahui baik dari media massa internasional maupun lokal, beberapa peristiwa yang terjadi memang kecenderungannya terhadap perempuan untuk menjadi alat atau orang yang bisa melakukan jihadis makin banyak," ujarnya.
Chairil menyebutkan, dari beberapa kasus kejadian bom di Indonesia seperti Surabaya dan Sibolga, ada penangkapan terhadap perempuan. "Rekrutmen terhadap wanita, rentan sekali," ujarnya seraya menambahkan ada beberapa hal yang bisa menjadi bagian dari terorisme.
Menurutnya, itu karena wanita hampir sulit untuk diamati aparatur penegak hukum. Dengan pakaian sehari-sehari yang digunakan tidak menimbulkan kecurigaan. "Ini jadi permasalahan. Makanya kita berkeinginan untuk menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian, karena perempuan lebih banyak di lokasi tempat tinggal. Kalau mereka menjadi agen lebih mudah agar tidak terpapar dengan paham radikal," ucap Chairil.
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Sumut, Zulkarnain Nasution, menyebutkan kegiatan workshop Perempuan Agen Perdamaian tersebut digelar sebagai upaya memberikan pengetahuan bagi peserta seperti apa sejarah keterlibatan perempuan dalam penyebaran radikalisme dan tindakan terorisme.
"Jadi kita memberikan pembekalan bagi ibu-ibu bagaimana melakukan pencegahan terhadap penyebaran paham radikalisme, tindakan terorisme," ujarnya.
Workshop itu diikuti 100 orang peserta dari berbagai komunitas perempuan, baik di pemerintahan dan nonpemerintahan seperti Iwapi, Persit TNI AD, Aisyiyah, Wanita Karo dan lainnya.