Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Colombo - Korban tewas akibat rentetan serangan bom saat perayaan Paskah di Sri Lanka kembali bertambah, kini menjadi 321 orang. Terungkap bahwa salah satu tersangka yang ditangkap polisi Sri Lanka merupakan seorang warga Suriah.
Hingga kini belum ada kelompok maupun pihak tertentu yang mengklaim bertanggung jawab atas rentetan bom yang mengguncang delapan lokasi berbeda di Sri Lanka pada Minggu (21/4) waktu setempat. Para penyidik Sri Lanka meyakini sedikitnya ada tujuh pengebom bunuh diri yang melakukan pengeboman itu.
Otoritas Sri Lanka menyebut militan lokal bernama National Thowheeth Jama'ath atau Jamaah Tauhid Nasional (NTJ) ada di balik rentetan bom yang menghancurkan tiga gereja, empat hotel mewah dan sebuah rumah di pinggiran Colombo itu. NTJ dicurigai mendapat bantuan dari jaringan internasional dalam melancarkan aksinya pada Minggu (21/4) lalu. Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena akan menemui para diplomat asing di Colombo untuk meminta bantuan internasional.
Sumber-sumber intelijen Amerika Serikat (AS) menyebut serangan bom di Sri Lanka memiliki ciri khas kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Namun tidak biasanya ISIS tidak dengan cepat menyatakan klaim atas serangan-serangan semacam ini.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (23/4/2019), Kepolisian Sri Lanka telah menangkap 40 tersangka yang sebagian besar merupakan warga Sri Lanka.
Dituturkan tiga sumber pemerintah dan militer Sri Lanka kepada Reuters bahwa penyelidikan terhadap para tersangka yang ditangkap terlebih dulu, mengarah pada seorang warga Suriah. Identitas warga Suriah yang turut ditangkap itu tidak diungkap lebih lanjut.
"Dia (warga Suriah-red) ditangkap setelah interogasi para tersangka lokal," sebut salah satu sumber yang enggan disebut identitasnya.
Diketahui bahwa pemerintah Sri Lanka telah memberlakukan keadaan darurat nasional sejak Senin (22/4) tengah malam waktu setempat. Situasi ini berarti pemerintah memberikan wewenang lebih luas kepada polisi dan militer untuk menahan dan menginterogasi tanpa perintah resmi dari pengadilan.
Sementara itu, dalam pernyataan terbaru, Kepolisian Sri Lanka kembali mengumumkan bertambahnya jumlah korban tewas menjadi 321 orang. Untuk jumlah korban luka, belum ada perkembangan terbaru. Laporan terakhir menyebutkan sedikitnya 500 orang mengalami luka-luka.
Terdapat sedikitnya 37 warga negara asing (WNA) yang turut menjadi korban tewas. Mereka termasuk tiga warga Inggris, dua warga Turki dan satu warga Portugal, serta dua orang lainnya yang memegang kewarganegaraan ganda Inggris dan AS. Pernyataan dari pemerintah berbagai negara menyatakan korban tewas juga terdiri atas dua warga China, satu warga Jepang, tiga warga Denmark, satu warga Belanda dan sedikitnya lima warga India.
Pihak Kementerian Luar Negeri Sri Lanka menyatakan sembilan WNA dilaporkan masih hilang dan ada sekitar 25 jenazah belum teridentifikasi yang diyakini WNA. dtc