Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Gempa bumi magnitudo 5,2 terjadi di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Gempa tersebut dirasakan juga di Cilacap, Kulonprogo, hingga Bantul dengan skala intensitas II-III MMI dan Kebumen II MMI.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa yang tidak berpotensi tsunami itu akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
"Gempa berkedalaman menengah ini diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dipicu oleh penyesaran batuan dengan pergerakan mendatar (strike-slip fault)," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, dalam keterangannya, Jumat (21/6/2019).
Gempa terjadi pukul 17.27 WIB. Daryono mengatakan, gempa membuat warga berlarian ke luar rumah akibat guncangan. Namun belum ada laporan terkait kerusakan maupun ada-tidaknya korban akibat gempa.
Daryono menjelaskan, ada peningkatan aktivitas seismik sejak bulan Mei 2019 di zona selatan Cilacap dan Pangandaran. Catatan BMKG, tambah Daryono, sejak bulan Mei 2019 sudah terjadi 3 kali gempa signifikan yang mengguncang zona selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah yakni 18 Mei 2019 (M 5,6), pada 9 Juni 2019 (M 5,5), dan 21 Juni 2019 (M 5,2).
"Ketiga gempa ini menarik untuk dikaji karena semuanya dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng di kedalaman 30 hingga sekitar 63 km. Jika kita melacak data kegempaan di selatan Cilacap dan Pangandaran sejak tahun 1940, tampak sudah terjadi gempa kuat sebanyak 6 kali, yaitu pada 21 Maret 1940 (M 6,3), 7 September 1974 (M 6,5), 24 Juli 1979 (M 6,9), 17 Juli 2006 (M 7,7), 3 Maret 2011 (M 6,7), dan 13 juni 2013 (M 6,7). Semua gempa ini rata-rata menimbulkan kerusakan di zona selatan Jawa dari Pangandaran hingga Kebumen," tuturnya.
"Dengan memperhatikan tingginya aktivitas kegempaan di wilayah ini tampaknya zona gempa selatan Cilacap dan Pangandaran patut diwaspadai. Sangat penting untuk terus menggalakkan upaya mitigasi gempa dan tsunami baik upaya mitigasi struktural maupun non struktural," sambung Daryono. dtc