Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan 2018 menjadi tahun yang sulit bagi pemerintah dalam mengelola perekonomian negara. Pada 2018, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 15.000 hingga suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) harus naik sampai enam kali sepanjang tahun lalu.
"Tahun 2018 bukan tahun mudah bagi kita. Dari sisi gejolak nilai tukar dan kenaikan suku bunga yang kemudian diikuti oleh capital outflow. Ini sebabkan perubahan besar dari APBN kita baik dari sisi penerimaan ataupun belanja," katanya di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Sri Mulyani bilang, faktor global menjadi hambatan ekonomi domestik untuk lari kencang. Meski demikian, pada realisasi APBN 2018 pendapatan negara berhasil diperoleh sebesar Rp 1.943,7 triliun atau 102,6% dari target. Pendapatan tersebut tercatat meningkat 16,6% dibandingkan realisasi APBN 2017.
"Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi dan juga adanya perubahan nilai tukar dan harga minyak yang lebih tinggi dari asumsi, serta effort dari Ditjen Pajak dan Bea Cukai serta PNBP kita bisa mengumpulkan pendapatan negara lebih dari 100%," katanya.
Dari sisi belanja negara juga hampir terealisasi mendekati 100%. Hal tersebut menyebabkan APBN 2018 bisa tercapai defisit lebih rendah dari yang ditargetkan.
"Dan itu baik karena pada saat itu, suasana market dan pasar bonds cukup bergejolak," kata Sri Mulyani.
Dengan defisit yang lebih rendah tersebut, pemerintah mampu tetap menjaga confident terhadap instrument fiskal dari sisi kemampuan untuk membiayainya. Hal tersebut kata dia membuat peringkat investasi Indonesia meningkat dan menimbulkan perbaikan dari sisi kemampuan melakukan pembiayaan.
"Yang perlu kami garis bawahi, kita melakukan financing berdasarkan defisit awal di atas 2% dan makanya kalau kita lihat silpa meningkat mencapai Rp 175 triliun," ungkapnya.(dtf)