Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. PT Krakatau Steel Tbk disebut mengalami kerugian akibat tingginya biaya produksi dibandingkan harga pasar. Komisaris Independen KS menyampaikan ada potensi kerugian sekitar Rp 1,3 triliun.
Kerugian ini disebut-sebut karena adanya proyek pengolahan bijih besi menjadi hot metal atau blast furnace yang telah dicanangkan sejak tahun 2011 oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terancam merugi. Pasalnya, harga pokok produksi (HPP) slag yang dihasilkan proyek blast furnace ini lebih mahal US$ 82 per ton atau setara dengan Rp 1.144.130 (kurs Rp 14.000) jika dibandingkan harga pasar.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menjelaskan Kementerian BUMN meminta agar proyek masih tetap berjalan dan tidak dihentikan.
"Tidak ada (Arahan operasionalnya hanya dua bulan). Kita harap masih terus beroperasi, bahwa itu masih ada masalah di dalamnya, kita inginnya jalan terus," kata Fajar di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Karena proyek yang berpotensi rugi ini, komisaris independen KS, Roy Maningkas mengajukan pengunduran diri ke Kementerian BUMN. Roy meminta kepada Kementerian agar segera dilakukan rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk memutuskan pengunduran dan pengganti Roy.
Menanggapi hal tersebut, Fajar mengaku sudah menerima pengajuan pengunduran diri Roy. "Beliau menyampaikan pengunduran diri. Karena sesuai anggaran dasar ya kan itu terbuka. Jadi nanti harusnya kepada RUPS. Nanti RUPS yang akan sampaikan," kata dia.
Roy mengundurkan diri dari jabatan yang diembannya sejak 2015 karena menolak berjalannya proyek Blast Furnace. Menurutnya operasional pabrik tersebut bakal merugikan perusahaan. Dia mengajukan dissenting opinion kepada pemegang saham. Tapi dia merasa perbedaan pendapat itu tak diterima baik oleh Kementerian BUMN. Terkait itu, Fajar enggan menanggapi.
"Nggak tahu, aku nggak ngerti," kata dia.(dtf)