Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta jajaran direksi PT Krakatau Steel (Persero) menjelaskan kondisi keuangan perusahaannya menyusul informasi ada potensi kerugian sekitar Rp 1,3 triliun.
"Tanya sama direksi lah, kan ada direksinya ada dewan komisarisnya," kata Rini di komplek Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019).
Menurut Rini, kondisi keuangan Krakatau Steel sudah lebih baik. Hanya saja dirinya tidak menjelaskan secara jelas.
"Ya sekarang menurut saya jauh lebih baik. Mereka sudah melakukan banyak hal perbaikan, tadinya proyeknya terhenti bisa diselesaikan, rekstrukturisasi utang juga diselesaikan," tambah dia.
Sebelumnya, proyek pengolahan bijih besi menjadi hot metal atau blast furnace yang telah dicanangkan sejak tahun 2011 oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk terancam merugi. Pasalnya, harga pokok produksi (HPP) slag yang dihasilkan proyek blast furnace ini lebih mahal US$ 82 per ton atau setara dengan Rp 1.144.130 (kurs Rp 14.000) jika dibandingkan harga pasar.
Sehingga, jika produksinya 1,1 juta ton hot metal per tahun, maka potensi kerugian Krakatau Steel (KS) sekitar Rp 1,3 triliun per tahun.
Hal tersebut diungkapkan oleh Komisaris Independen KS Roy Edison Maningkas yang sudah menyampaikan pengunduran dirinya sebagai komisaris ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pengunduran dirinya akan diproses dalam kurun waktu sebulan.
"Harga pokok produksi yang nanti dihasilkan itu lebih mahal US$ 82 per ton, which is kalau produksi 1,1 juta ton itu kita akan mengalami kerugian per tahun Rp 1,3 triliun," jelas Roy di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (22/7/2019).(dtf)