Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Pancur Batu. Motivator yang juga guru besar Universitas Sumatera Utara (USU), St Prof Dr Albiner Siagian CEM meminta kepada seluruh keluarga besar Mannen Koor Solagratia Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Resort Perumnas Simalingkar, Medan agar mengubah mindset atau pola pikir agar bisa eksis menghadapi zaman industri 4.0.Medanbisnisdaily.com-Pancur Batu. Motivator yang juga guru besar Universitas Sumatera Utara (USU), St Prof Dr Albiner Siagian CEM meminta kepada seluruh keluarga besar Mannen Koor Solagratia Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Resort Perumnas Simalingkar, Medan agar mengubah mindset atau pola pikir agar bisa eksis menghadapi zaman industri 4.0.
Hal itu disampaikan Albiner Siagian saat menyampaikan pembekalan dengan topik Etos Keluarga Menghadapi Era Revolusi Industri, di acara retreat dan merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-7 Mannen Koor Solagratia, di objek wisata Gantang Rani, Sembahe, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Minggu (1/09/2019).
Albine mengatakan, saat ini adalah era eksponensial (kurva tidak pernah berada di garis lurus). Di era eksponensial saat ini kebutuhan ekonomi dan energi tak bisa mengimbangi pertumbuhan komputerisasi. Dijelaskan, saat ini yang dibutuhkan adalah orang yang kreatif agar tidak ketinggalan di zaman industri 4.0.
"Bukan saatnya berjalan di garis lurus karena sudah berada di zaman eksponensial. Perlu direvolusi cara berpikir agar bisa jadi pemain, ekonomi boleh berubsh, tapi gaya hidup jangan dulu cepat berubah supaya jangan menjadi penyakit," jelas Albiner Siagian.
Diminta mengubah pola pikir karena selama ini khususnya suku Batak membuat bakko atau kebiasaan buruk menjadi alasan tidak mau berubah.
"Suara keras, cepat marah, disebut bakko yang sulit diubah. Padahal kebiasan buruk itu bisa kita ubah," imbuhnya.
Albiner mengatakan, mengubah pola pikir itu sangat dahsyat dampaknya, memotivasi atau membuat semangat melaksanakan pekerjaan. Jangan dipikirkan apa yang menghambat.
"Jangan ada dalam pikiran di depan mendung, mau hujan. Ngapain takut, kan ada payung dan pelangi yang indah ada dekat awan," katanya.
Kemudian dibutuhkan wujud revolusi pola pikir, revolusi mindset, sikap mental, etos kerja. Revolusi mental yakni mental negatif menjadi positif, mental tempe jadi baja, mental feodal menjadi demokrasi.
Kepada keluarga anggota Mannen Koor Solagratia diminta agar berlomba berbuat yang baik, jangan lagi membanding bandingkan dengan yang lain dan menjelek-jelekkan, tapi perlu melihat kelebihannya, jangan hanya nelihat kekurangannya.
Sementara untuk masing-masing keluarga perlu dibentuk ruang berbagi waktu, bersosialisasi, sehingga ada kesepahaman. Komunikasi dalam keluarga, antara lain banyak mendengar sedikit bicara, pahami dahulu ucapan teman bicara, tanggapilah atau sanggalah ucapannya bukan orangnya, mengapresiasi teman bicara.
Dalam kegiatan itu juga digelar pelantikan Badan Pengurus Harian (BPH) Mannen Koor Solagratia periode 2019-2024. Ketua MT Lubis, Wakil Ketua N Sitohang, Sekretaris P Sihite , Bendahara K Pangaribuan, guru koor SRF Tampubolon, B Sirait, guru koor gabungan Ny Sinaga br Siagian, Ny Hutahaean br Rumapea, Seksi Program dan Usaha S Manalu, R Sinaga, Seksi Sosial P Sitohang, D Hutagaol, Seksi Perempuan dan Keluarga Ny Silalahi br Sidauruk, Ny Sinaga Br Siringoringo, Ny Sihombing br Silalahi.
MT Lubis mengingatkan kepada anggota dan keluarga agar menjalin kekompakan, jangan mudah tersinggung karena semua satu keluarga.
"Kita harus tetap kompak, sehingga usaha (ternak ayam) yang kita jalankan berhasil. Kita harus optimis dan mau mengubah pola pikir," katanya.