Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Bandung - Dalam dua hari ini kampus Unisba menampung demonstran yang terluka akibat bentrok dengan polisi di depan gedung DPRD Jawa Barat. Massa aksi menyuarakan penolakan atas UU KPK baru dan sejumlah pasal kontroversial RUU KUHP.
Sekadar diketahui, pada Senin (23/9) kemarin, kampus Unisba menjadi titik evakuasi korban bentrok antara mahasiswa dan polisi. Puluhan massa aksi yang mengalami cedera dibawa ke kampus di Jalan Tamansari, Kota Bandung, itu untuk mendapat pertolongan pertama. Sebanyak 92 mahasiswa korban bentrokan yang dibawa ke Unisba.
Pada Selasa (24/9/2019), berdasarkan data yang terpampang di dalam papan pengumuman, tercatat ada sebanyak 107 demonstran yang dievakuasi. Dari jumlah tersebut, enam di antaranya harus dirujuk ke rumah sakit.
Wakil Rektor 3 Unisba Asep Ramdan Hidayat menegaskan aksi yang dilakukan kampusnya itu bukan sesuatu yang disiapkan secara khusus. Pihak rektorat, menurut dia, menegaskan bahwa kampus Unsiba tidak secara langsung terlibat dalam aksi yang dilakukan oleh para pedemo.
"Sebenarnya kita tidak punya persiapan khusus. Kemarin tiba-tiba malam hari kedatangan tamu begitu banyak. Tentunya tidak mungkin kalau bukan mahasiswa kami yang balik ke kampus untuk menyelamatkan diri, istirahat ketika mereka selesai di lapangan," ucap Asep di Gedung Rektorat Unisba, Kota Bandung, Selasa (24/9/2019).
Setelah pihaknya melakukan identifikasi, ternyata para mahasiswa yang datang dan cedera pascaaksi demonstrasi itu bukan hanya dari Unisba. Tapi juga datang dari berbagai kampus lainnya di Kota Bandung.
"Memang bukan mahasiswa Unisba saja, tapi banyak dari kampus lain. Kita tidak bisa menolak kehadiran mereka di kampus, karena pertama mereka tidak bikin kegaduhan. Tapi kita lebih pelayanan. Pelayanan akhirnya tanpa batas dipilah-pilah. Jadi prinsipnya kampus kita, siapapun namanya manusia, terus ada yang terluka itu harus dirawat dan dilayani," tutur Asep.
Ia memperkirakan banyaknya demonstran terluka yang dibawa ke kampus Unisba ini bukan bermaksud menjadikan lokasi evakuasi. Hanya saja, menurut Asep, Unisba menjadi salah satu kampus yang paling dekat dengan lokasi aksi sehingga dijadikan tempat berlindung dan evakuasi.
"Kebetulan mungkin, ini yang kita tidak tahu. Mungkin teman-teman mahasiswa memahami kampus terdekat adalah kampus kita. Kedua memang yang hadir itu bukan mahasiswa dari Bandung saja," ucapnya.
Penjelasan Rektorat Soal Kampus Unisba Tampung Demonstran TerlukaWakil Rektor 3 Unisba Asep Ramdan Hidayat (Foto: Mochamad Solehudin/detikcom)
Asep kembali menegaskan bahwa kampus Unisba tidak secara sengaja membuka posko atau penampungan massa aksi yang terluka atau membutuhkan pertolongan pertama. Kejadian yang terjadi selama dua hari terakhir murni insidental.
"Jadi sekali lagi saya tegaskan, Unisba tidak menyengaja membuka posko ke arah itu. Tapi prinsip kami, mereka yang datang ke kampus adalah tamu, terus yang mereka terluka wajib ditolong," ujar Asep.
Terlepas dari itu, dia menilai, aksi yang dilakukan para mahasiswa sebagai proses penyampaian pendapat yang dijamin oleh Undang-undang. Sehingga tidak ada salahnya mahasiswa mengemukakan pendapat atas realitas yang tidak sesuai menurut pandangan intelektual para mahasiswa.
"Ini adalah kewajiban intelektual, saat mereka melihat apa yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan yang mereka pahami," kata Asep. dtc