Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan penyebab melambatnya pertumbuhan kredit perbankan di 2019. Airlangga mengatakan, rata-rata bunga korporasi masih tinggi yakni di angka 10,7%.
Padahal, Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga sebanyak empat kali dan terakhir berada di angka 5%.
"Jadi spread dari 5% ke 10,7% itu tidak mendorong kredit ini tumbuh dan ini salah satu persoalan," kata Airlangga ketika berbincang dengan awak media, di kantornya, Jakarta, Jumat (20/12/2019).
Untuk itu, ia meminta agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perbankan di Indonesia mempercepat penurunan bunganya.
"Kami sudah sampaikan ke OJK agar transmisinya dipercepat," imbuh Airlangga.
Kemudian, dalam mendongkrak pertumbuhan kredit, pemerintah juga menurunkan suku bunga kredit usaha mikro (KUR) ke angka 6% dan berlaku mulai Januari 2020.
"Nah pemerintah memberi signal KUR diturunkan ke 6%. Tentu harapannya ini bisa didorong kembali," paparnya.
Sebagai informasi, BI mencatat pertumbuhan kredit perbankan 2019 sebesar 6,53%. Angka ini lebih rendah dibandingkan dibandingkan realisasi periode bulan sebelumnya 7,89%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan hal ini disebabkan oleh permintaan kredit korporasi yang belum kuat. Kemudian pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Oktober 2019 tercatat 6,29% secara tahunan, menurun dibandingkan periode September 2019 7,47%.
"Dengan mempertimbangkan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit perbankan 2019 diprakirakan sekitar 8% dan ditopang oleh pertumbuhan DPK juga sekitar 8%," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Pada 2020, pertumbuhan kredit dan pertumbuhan DPK diperkirakan membaik masing-masing dalam kisaran 10-12% dan 8-10% sejalan dengan prospek peningkatan pertumbuhan ekonomi. dtc