Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat.Meski tergolong langka, kayu hutan jenis halaban masih diperlukan sebagai bahan utama bagi kalangan pembuat sampan kayu. Jenis halaban merupakan kayu keras. Di Kalimantan, kayu halban ini diproduksi menjadi arang kayu klas yang memiliki pasar ekspor ke Inggris.
Di pesisir Kabupaten Langkat, sejak dari zaman dahulu kayu halaban merupakan idola kalangan pembuat sampan/perahu, sebagai kerangka atau gading - gading perekat lambung sampan, supaya betuk sampan/perahu bisa diproduksi.
"Kayu halaban mempunyai sejarah bagi pembuat sampan/perahu nelayan, tetapi kayu keras itu sekarang sudah lanka. Namun demikian, tetap dicari. Dahulu di Desa Halaban Kecamatan Besitang, Langkat, hingga ke Terenggulun Aceh Tamiang, merupakan hutan kayu halaban, sekarang tidak ada lagi," ungkap Rahmadsyah alias Amat, seorang pembuat sampan di Jalan Udang Benteng Kelurahan Pekan Tanjungpura, Kecamatan Tanjungpura, Langkat, Selasa (24/12/2019).
Menurut Rahmadsyah, untuk mendapatkan kayu halaban, pihaknya mengorder dari Aceh. Jika tidak ada kayu halaban, bisa digunakan kayu mahoni atau kayu waru.
"Kami tukang pembuat sampan, yang ilmunya secara turun-temurun dari bapak dan kakek, membuat sampan dilakukan jika ada orderan dari pemesan. Ukuran, model dan panjang tergantung pemesan. Setiap pemesan bisa dipastikan berbeda kemauan, jadi tidak bisa dibuat sekaligus banyak-banyak untuk dipajangkan, karena takut tidak ada yang membeli,"ungkapnya lagi.
Menurut kalangan pembuat sampan kayu, di zaman yang serba lanka dan mahal, bahan baku papan meranti asli, gading-gading kayu halban juga serba mahal, untuk satu unit sampan ukuran 28 kaki pasarkan dengan harga Rp 15 - Rp 16 juta, bisa selesai dikerjakan selama 1 bulan dengan 2 orang tenaga kerja.
Hal senada juga dikatakan A Leng, pakar pembuat sampan kayu di Jalan Udang Benteng Tanjungpura. Gading-gading sampan memang harus terbuat dari kayu halaban. Karena sulitnya kayu jenis halaban, kayu mahoni dan kayu waru juga dipakai orang saat ini untuk gading-gading sampan.
"Mulai usia saya 15 tahun, saya sudah membantu ayah saya (A Lai) membuat sampan, dan ayah saya juga mendapat ilmu membuat sampan dari kakek saya (A Him) ditahun 1920-an setelah pindah dari RRC ke Tanjungpura ini sudah membuat sampan kayu," katanya.
Dijelaskannya, keistimewaan dan ketahanan gading-gading sampan berbahan kayu halaban tidak mudah pecah ataupun terbelah, sebab, serat kayu halaban mengikat. Dipaku kayu halaban menggigit dan lengket dan semakin kuat. Sedangkab dinding smpan berbahan panan meranti atau meranti batu, supaya tidak cepat dimakan kapang.