Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masa pandemi wabah virus corona (Covid-19) yang masih berkepanjangan dengan physical distancing-nya merupakan suatu kondisi yang masih belum sepenuhnya dapat dipahami oleh masyarakat. Tidak jelas apakah karena masyarakat memang tidak mau peduli dengan kondisi pandemik ini, atau justru karena tidak paham dengan istilah-istilah keren yang masih asing tersebut.
Ketua Departemen Psikiatri FK USU, Dr dr Elmeida Effendy, MKed, SpKJ (K) mengatakan, ada satu hal yang sebenarnya sangat ingin diketahui oleh banyak orang, namun rada sungkan untuk ditanyakan secara terbuka adalah tentang aktivitas seksual di masa pandemik Covid-19.
Menurut Elmeida, manusia memiliki dorongan naluriah untuk melakukan aktivitas seksual yang dapat melepaskan ketegangan dan untuk mengekspresikan diri. Bahkan beberapa penelitian dan para ahli juga menegaskan bahwa melakukan aktivitas seksual dapat mengurangi stres, membantu tidur nyenyak , meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan kepercayaan diri.
Karenanya, sambung dia, bagi sebagian orang melakukan aktivitas seksual adalah hal terakhir yang terpikirkan jika ditimpa ketidakpastian kehidupan karena pandemi. Tapi bagi sebagian lainnya, ketakutan tentang finansial, penyakit atau kematian, membuat mereka sangat memerlukan sentuhan, keintiman dan aktivitas seksual dengan orang lain.
"Jika pasangan tidak baik dalam menangani konflik atau satu sama lain, tidak cukup memberikan ruang atau menangani kekecewaan, permasalahan ini dapat eksaserbasi dan meledak," ungkapnya kepada wartawan, Senin (20/4/2020).
Elmeida menjelaskan, virus corona tidak ditularkan secara hubungan seksual, namun merupakan virus pernafasan yang ditularkan melalui droplet pernafasan saat bersin, batuk, air liur dan lendir yang dapat mengandung virus tersebut. Oleh karena itu, ujar dia, ada kaitan physical distancing dengan aktivitas seksual, bahkan jika tidak berciuman dengan pasangan sebelum aktivitas seksual lebih lanjut, tetap bernafas berdekatan, sehingga akan menyentuh permukaan udara yang sama.
"Tapi memang, sampai sekarang belum ada bukti bahwa jenis-jenis virus corona ditemukan pada cairan semen atau sekret vagina," jelasnya.
Elmeida melanjutkan, umumnya di negara kita dan beberapa negara timur lainnya aktivitas seksual dilakukan dengan pasangan yang sah setelah didahului pernikahan, yakni, menjadi suami isteri. Biasanya pasangan suami isteri tinggal serumah dan tidur pada ranjang yang sama, sehingga dalam hal ini tidak menjadi masalah jika seseorang dari pasangan terinfeksi covid 19, maka pasangan yang lain akan terpapar juga.
Sehingga dalam situasi ini aktivitas seksual tidak banyak berpengaruh dalam meningkatkan risiko terinfeksi covid-19. Namun bagaimanapun juga jika salah seorang dari pasangan mengalami gejala gejala covid-19 atau merasa kurang enak badan, sebaiknya menghindari physical contact apapun dan isolasi selama 14 hari.
"Ini berarti tidak melakukan hubungan seksual, tidak menyentuh secara intim dan tidak berciuman. Tetap batasi aktivitas seksual dan posisi untuk tidak terlalu saling berhadapan wajah," terangnya.
Sedangkan, apabila tidak tinggal serumah dengan pasangan, baik itu pasangan yang sah atau belum sah, Elmeida menyarankan, mulailah berpikir tentang risiko dan physical distancing. Jika masing-masing tinggal sendiri, melakukan work from home, menghindari situasi sosial, hanya berkencan dengan pasangan tersebut saja, risikonya akan berbeda jika salah satu di antaranya memiliki beberapa orang teman sekamar (room mates), atau bekerja di lingkungan yang padat.
"Pada kasus pertama aktivitas seksual hanya akan membawa risiko pada satu orang saja, jika salah seorang dari pasangan terinfeksi covid-19, dan tidak akan menularkan ke banyak orang. Tapi jika melakukan aktivitas seksual sangat dianjurkan mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik sebelum dan sesudah menyentuh pasangan," tuturnya.
Elmeida menyampaikan, masa pandemik bukanlah masa yang tepat untuk mulai mencari pasangan seksual baru. Risiko orang tersebut sudah terinfeksi dan dapat menularkan Covid-19 selalu ada, demikian juga sebaliknya anda mungkin dapat menularkan virus corona jika ternyata virus ada di tubuh anda.
"Masa pandemik ini merupakan waktu yang sesuai untuk mengeksplor kencan secara online, bukan hanya meeting, tapi betul betul kencan online. Banyak tempat tempat dan komunitas yang tutup seperti bar, restoran dan lainnya. Cobalah melakukan video call atau mengirim email yang panjang, dan terlibat dalam sexy texting," sarannya.
Ia melanjutkan, New York City Department of Health and Mental Hygiene menawarkan beberapa fakta aktivitas seksual yang lebih aman selama masa pandemik ini. Ia memaparkan, antara lain, pasangan seksual terbaik adalah diri Anda sendiri, karena nasturbasi tidak menambah penyebarluasan covid -19, khususnya jika sebelum dan sesudahnya anda mencuci tangan dan sex toy 20 detik.
Selanjutnya, kata dia, pasangan seksual aman berikutnya adalah yang tinggal serumah. Berikutnya, hindari kontak dekat, termasuk seksual dengan orang yang tidak satu rumah, jika melakukan hubungan seksual dengan orang lain, usahakan pasangan seksual sesedikit mungkin.
"Terakhir, pertimbangkan video dates, sexting atau chat room untuk aktivitas seksual," imbuhnya.
Elmeida menambahkan, aktivitas seksual memang merupakan hal yang berbeda bagi tiap orang. Bukan hanya terbatas pada hubungan seksual ataupun sentuhan, banyak cara untuk saling menikmati satu sama lainnya, bahkan diri sendiri.
"Merupakan hal yang penting bagi pasangan untuk membicarakan apa yang sebenarnya dicari dari keintiman, apakah lebih merasakan kedekatan emosional atau merasa atraktif," pungkasnya.