Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jelang kenormalan baru (new normal), kasus baru melonjak nyaris seribu. Namun bukan berarti semua wilayah di Indonesia mengalami lonjakan angka COVID-19. Pemerintah menjelaskan soal kondisi ini.
"Apakah hampir seribu kasus itu ada di seluruh Indonesia? Apakah sudah melihat distribusinya?" kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto, mengawali penjelasan dengan gaya bertanya, Minggu (7/6/2020).
Data COVID-19 di Indonesia pada Sabtu (6/6) kemarin menunjukkan ada 993 kasus baru COVID-19. Dari 34 provinsi dan 421 kabupaten/kota yang tercatat mengalami kasus virus Corona, ada sejumlah provinsi yang mengalamai 0 kasus baru yakni Aceh, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Sulawesi barat, dan NTT. Peningkatan kasus terbanyak ada di Jawa Timur, DKI, Sulut, dan Papua.
"Ini terkait status epidemi kabupaten/kota yang tidak sama. Maka, perlakuan juga tidak sama," kata Yurianto.
Maka, tidak semua daerah akan menjalankan new normal secara serentak. Apabila suatu daerah punya angka penyebaran COVID-19 yang tinggi maka new normal tidak serta merta diterapkan.
"Ini akan disampaikan Ketua Tim Pakar Wiku Adisasmito, mana yang bisa dimulai dan bidang apa yang bisa dimulai. Setiap Senin, Prof Wiku akan menyampaikan detail tingkat risiko per kabupaten kota," kata Yuri.
New normal, kata Yuri, adalah kondisi masyarakat yang kembali hidup produktif, bekerja di luar rumah, namun tetap menjalankan langkah-langkah pencegahan penularan COVID-19. Adapun sektor-sektor yang diperbolehkan bekerja produktif kembali akan diatur pemerintah.
"New normal adalah produktif namun menjalankan protokol kesehatan di manapun, dalam situasi apapun," kata Yuri.(dtc)