Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
TURBULENSI politik masih tajam ikut mewarnai partai politik pengusung Akhyar Nasution. Lika-liku Akhyar mendapatkan tiket Pilkada Medan 2020 masih terganjal persoalan teknis. Bisa jadi koalisi PKS-Demokrat bubar begitu saja. Publik justru tertunggu-tunggu, apakah mantan politikus PDIP yangt saat ini menjabat Pelaksana Tugas Wali Kota Medan itu benar-benar akan dicalonkan PKS-Demokrat?
Partai Demokrat menjelang Pilkada Kota Medan seperti mendapatkan “durian runtuh”. Partai yang didirikan Susilo Bambang Yudhoyono itu menerima Akhyar Nasution sebagai kader Demokrat tanpa syarat. Langkah Akhyar bergabung ke Partai Demokrat merupakan langkah maju. Tetapi setelah bergabung ke demokrat, mengapa Akhyar belum mengumumkan siapa pendampingnya?
Sandungan politik, krikil tajam ternyata masih saja terjadi di internal koalisi PKS-Demokrat. Akhyar belum mendapat tiket pada Pilkada Medan, PKS belum mempublis secara resmi siapa calon PKS untuk wali kota/wakil wali kota Medan.
Ada dua analisis komunikasi politik, mengapa PKS belum menerbitkan keputusan resmi siapa mendampingi Akhyar Nasution. Pertama, PKS bisa jadi mengubah catur politiknya, PKS berubah haluan politik mengusung calon. PKS ingin mengubah sikap politiknya menggantikan posisi Akhyar Nasution menjadi Wali Kota Medan. PKS justru mendorong Salman sebagai wali kota, sementara Akhyar Nasution hanya pendamping Salman. Tidak ada yang menyangka, dalam komunikasi politik sering terjadi kejutan-kejutan politik yang menghebohkan publik. Catur politik inilah yang sedang diperankan PKS dari panggung belakang.
PKS memiliki 7 kursi di legislatif dan Partai Demokrat hanya ada 4 kursi. Etika politik akan berlaku ketika kursi terbanyak mengambil posisi pertama dalam pencalonan. Kursi terbanyak wajar mengambil posisi calon wali kota. Nah, fakta yang terjadi Akhyar hanya ada 4 kursi, PKS berkeinginan menggantikan posisi tawar politiknya menjadi calon nomor satu dari koalisi PKS-Demokrat. Gambaran politik ini mulai terbaca publik, karena PKS belum mengumumkan siapa pendamping Akhyar Nasution. Komunikasi politik Akhyar pun belakangan tersumbat akibat turbulensi politik yang terjadi di internal PKS.
Kedua, persoalan teknis yang belum terselesaikan dengan baik. Ada konsensus politik yang belum terbangun dan rampung. Misalnya persoalan mahar dan dana kampanye dari kedua partai politik itu. Komunikasi politik sesungguhnya adalah komunikasi panggung belakang yang dimainkan elite partai. Tidak semua publik mengetahuinya, tetapi begitu panggung belakang sukses, Akhyar dan koalisi partai politiknya pun segera mengumumkan siapa pendampingnya.
Komunikasi politik Akhyar Nasution nampaknya belum menemukan titik terang. Kesepakatan koalisi PKS-Demokrat bisa blunder secara politik hanya gara-gara persoalan teknis. Konsensus yang dibangun tidak hanya persoalan kesepakatan mahar atau kontrak politik lainnya dari PKS dan Demokrat. Tetapi lebih jauh, menyiapkan modal finansial yang banyak untuk berkompetisi pada pilkada Medan. Pada aspek lain, penguatan kontrak politik juga harus mengikat barisan koalisi PKS-Demokrat. Endingnya kontrak politik diharapkan berjalan baik sampai ke tujuan pemenangan pasangan calon koalisi PKS-Demokrat.
Andai saja Akhyar Nasution tidak bergabung ke Demokrat, suasana politik tidak serumit demikian. Akhyar justru memiliki daya “jual” yang tinggi di mata PKS. PKS akan melihat Akhyar sebagai kader PDIP, yang dibesarkan di PDIP, dizholimi dan ini bisa menjadi kampanye politik PKS menjual figur Akhyar ke publik, Tidak menutup kemungkinan bahwa PKS “legowo” menerima Akhyar sebagai calon wal ikota yang dicalonkan PKS. Itupun jika syarat dan konsensus politik kedua belah pihak disepakati secara bersama.
Lantas apa yang patut dilakukan Akhyar Nasution menyelesaikan turbulensi politik dari koalisi PKS-Demokrat itu? Saya kira, Akhyar Nasution bermain taktis, strategis dan yang lebih penting adalah teknis. Beliau sudah keluar dari PDIP. Ketika bergabung dengan Demokrat, risiko apapun akan dihadapi Akhyar, termasuk isu-isu yang sedang menghempang Akhyar dari aspek hukum. Akhyar sebaiknya secepat mungkin menyelesaikan persoalan teknis, andaipun PKS tetap ngotot merebut orang nomor satu di Kota Medan, Akhyar harus legowo juga. Artinya, sebagai figur publik harus berlapang dada menerima fakta politik yang sedang dimainkan PKS. Kalau tidak, Akhyar harus bermain habis menyelesaikan persoalkan teknis yang dimohonkan PKS kepada Akhyar.
Ketokohan Akhyar Nasution tidak perlu diragukan lagi. Tingkat popularitasnya cukup tinggi karena beliau menyandang jabatan Pelaksana Tugas Wali Kota Medan. Setidaknya, ada dua modal yang sudah ada di tangan Akhyar. Pertama, modal sosial. Modal sosial ini sudah ada sejak ia menjabat Wakil Walikota Medan. Melalui modal inilah langkah awal Akhyar menaikkan grafiknya ke elektabilitas yang lebih tinggi sangat kuat. Ini sudah terbukti, bahwa elektabilitas Akhyar di Kota Medan masih di atas rata-rata calon lain.
Kedua, modal kapital. Yang saya maksud modal kapital adalah modal finansial. Tentu sebagai orang nomor satu di Medan, bagi Akhyar mengkonsolidasi modal kapital ini jauh lebih mudah, jika dibanding dengan figur lain yang belum memiliki jabatan. Dua modal inilah menurut saya, menjadi pertimbangan PKS-Demokrat menginginkan Akhyar terlibat berkompetisi pada Pilkada Medan, sekaligus jeratan kritkil tajam partai politik pengusung Akhyar Nasution.
====
Penulis adalah Analis Komunikasi Politik UINSU dan Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UINSU dan UMSU
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]