Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat.Belum banyak diketahui khalayak ramai, umumnya masyarakat awam untuk memotif kain polos/putih menjadi bercorak/gambar daun secara alami, tanpa menggunakan zat pewarna maupu wantek. Daun tanaman ternyata memiliki zat perekat warna asri yang kuat dan tidak mudah luntur. Masyarakat Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat contohnya, mereka bisa memotif kain dengan daun/limbah tanan mangrove.
Pengetahuan ini didapat setelah mereka mengikuti pelatihan pengelolaan limbah tanaman mangrove sebagai pewarna alami dengan tekhnik ecoprint, yang diselenggarakan Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Sumatera Utara (LPM USU) Medan, di Desa mereka pada 11 dan 15 Agustus 2020, teparnya di MTs Madinatul Ilmi Desa Lubuk Kertang.
Menurut Dr Iwan Risnasari SHut MSi, ahli kehutanan/tanaman ecoprint adalah teknik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami. Teknik ini mudah diterapkan di rumah masing-masing. Kegiatan ini bisa menjadi kegiatan akhir pekan yang menghasilkan barang unik.
“Pewarna alami ini menggunakan bahan dari daun mangrove, daun jati, daun lanang, daun jambu, daun kelengkeng dan daun-daun lainnya. Dimana kain yang sudah direndam dengan larutan cuka agar tannim (bisa berubah teh yang pekat, gambir, kulit kayu mangrove atau lainnya) agar menghasilkan warna maksimal,“ katanya di Lubuk Kertang, Sabtu (15/8/2020) sebagaimana dilansir dari situs lubukkertang.desa.id.
Memotif ecoprint bukan hanya pada kain saja, tetapi bisa diatas dasar gelas, kulit, kertas atau bahan lainnya yang sebelumnya sudah direndam dengan cairan AA (Alumunium Acetate) yang terdiri dari 2 bahan (alum/tawas dan acetate).
Caranya, cairan tersebut direbus hingga mendidih. Setelah rendaman dingin angkat, jemur dan kemudian dibilas. Setelah itu, larutan CC (calcium carbonate) larutkan ke dalam sedikit air panas, tambahkan air hangat kurang lebih 1 liter, rendamkan kain hingga dingin, lalu peras, jemur dan dibilas. Setelah proses itu, maka susunlah atau tata dedaunan tanaman/daun sesuai keinginan. Lalu kukus kurang lebih selama 2 jam, angkat kain secara perlahan, lalu buka dan lihat hasil dari ecoprint yang telah dibuat.
Sementara, Kepala Desa Lubuk Kertang, Zul Insan, ianya membebarkan adanya pelatihan masyarakatnya oleh LPM USU, Medan.
"Sangat senang dan berterimakasih kepada pihak USU yang telah mengadakan pelatihan ini kepada warga Lubuk Kertang. Selain menambah ilmu dan wawasan, kegiatan ini juga diharapkan dapat menambah kreatifitas, inovatif dan mandiri dari warga Lubuk Kertang," katanya yang dilansir dalam link lubukkertang.desa.id.