Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
DI TENGAH Covid-19 saat ini, UNESCO global geopark (UGG) mengumumkan Geopark (taman bumi) Kaldera Toba diterima menjadi anggota UGG. Tentu hal ini adalah kabar menggembirakan bagi tanah air. Status ini cukup penting seiring dengan ditetapkannya Danau Toba sebagai destinasi superprioritas berkelas internasional. Di sisi lain, status ini juga mengingatkan pengembangan dimaksud haruslah berpihak kepada masyarakat lokal, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan konservasi lingkungan.
Seperti diberitakan di berbagai media, perjuangan GKT menjadi anggota UGG sudah berlangsung 9 tahun terakhir. Diawali sejak 2011 dan intens dipersiapkan sejak 2013 oleh tim percepatan yang dibentuk Pemerintah Provinsi Sumatra Utara. GKT diusulkan ke UGG pertama sekali tahun 2014. Kemudian hasil dari konferensi UGG di Jepang, GKT dinyatakan belum matang sebagai anggota UGG. Direkomendasikan agar dilakukan pembenahan situs-situs (geosite) GKT serta aktivitas edukasi, konservasi dan promosi budaya.
Tahun 2017 diusulkan kembali. Setelah di-assessment tahun 2018, Dewan UGG mengirimkan surat penangguhan kepada manajemen GKT, April 2019 agar segera melengkapi dokumen yang belum lengkap seperti finalisasi master plan. Pada simposium ke-6 jaringan geopark global Asia Pasifik yang berlangsung di Lombok, Indonesia, September 2019 dikabarkan GKT sudah masuk daftar menjadi UGG berikutnya. Hingga akhirnya dalam sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, 7-10 Juli 2020, GKT pun ditetapkan sebagai UGG.
Ada 3 tiga hal pokok yang menjadi perhatian utama. Pertama, status UGG-GKT merupakan sebuah kepercayaan disertai tanggung jawab untuk melestarikan kawasan. Duta besar Indonesia untuk ?Prancis sekaligus delegasi tetap Indonesia untuk UNESCO, Arrmanatha Christiawan Nasir, mengatakan, geopark global itu pada prinsipnya diberikan untuk memastikan adanya pelestarian dan perlindungan kawasan untuk generasi mendatang.
Status akan direvalidasi sekali 4 tahun. Itu artinya, jika konservasi GKT tidak berjalan sebagaimana dimuat dalam master plan, status akan dicabut. Karenanya, kepercayaan ini harus benar-benar terlaksana di lapangan. Pembenahan dan pengaktifan aktivitas berbasis konservasi, edukasi dan pengembangan ekonomi lokal di seluruh geosite GKT mutlak dijalankan. Hal itu dilakukan bersama kelompok-kelompok masyarakat di sekitar geosite.
Terdapat 16 geosite GKT yang tersebar di 7 kabupaten kawasan Danau Toba (KDT). Dari utara ke selatan, yakni Geosite Tongging-Sipisopiso, Silahi-Sabungan, Haranggaol, Sibaganding-Parapat, Taman Eden, Balige-Liang Sipege-Meat, Situmurun-Blok Uluan, Hutaginjang, Muara-Sibandang, Sipinsur, Bakara-Tipang, Tele-Pangururan, Pusuk Buhit, Huta Tinggi-Sidihoni, Batu Hoda-Simanindo dan Ambarita-Tuktuk-Tomok.
BACA JUGA: Destinasi Wisata Toba Berkelas Internasional?
Kedua, penguatan institusi pengelola yakni Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BPGKT). Meski sudah dibentuk sejak 2016, dana operasional lembaga ini masih sangat kurang memadai. Tentu hal ini berdampak langsung dengan pengelolaan geosite-geosite. Oleh karenanya, BPGKT ini harus jelas mendapat dukungan kongkrit berupa komitmen anggaran dari Pemprov Sumut serta Pemda 7 Kabupaten KDT.
Ketiga, penguatan kerja sama dan jaringan global. Status UGG, itu sesungguhnya merupakan platform dan arena untuk berjejaring secara global dengan anggota UGG lainnya. Kerjasama dalam mengembangkan cara-cara terbaik (best practices) mengelola kawasan yang memiliki outstanding value dan signifikansi keunikan bernilai internasional, dengan menetapkan standar kualitas UNESCO.
Per Juli 2020, terdapat 161 anggota UGG di 44 Negara dan 5 Benua. Indonesia diantaranya memiliki 5 UGG; dimulai dari Gunung Batur, Gunung Sewu, Ciletuh, Gunung Rinjani hingga yang terbaru Kaldera Toba. Melalui jaringan global ini pula didapatkan manfaat utama semakin dikenalnya destinasi Toba di arena internasional. Posisi ini juga menjadi bagian dari diplomasi budaya dan pariwisata Danau Toba di level internasional.
Selain jaringan global di atas, badan pengelola geopark tentunya juga harus memperkuat jaringan dan kerjasama dengan mitra lokal dan nasional. Seperti halnya GKT yang didukung oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil (CSO) yang concern sejak dari awal pengusulan GKT hingga saat ini, komunitas pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), perguruan tinggi, komunitas seni/budaya, dan komunitas lokal (adat) lainnya.
Pada akhirnya status geopark global ini kita maknai sebagai titik awal keberhasilan pembangunan dan pengembangan Kawasan Kaldera Toba yang beresensi memuliakan alam ciptaan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Hal ini sejalan dengan momentum pandemi Covid-19 yang mengharuskan pembangunan selaras dengan alam demi menjamin kehidupan hari besok lebih baik dan berkelanjutan.
====
Penulis adalah Pengajar FISIP Universitas Pelita Harapan; Sekretaris BPGKT 2016-2017.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]