Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan pernyataan Menteri Agama Fahrul Razi. Ia mengatakan bahwa salah satu pintu masuk paham radikal di masyarakat dan ASN adalah penceramah atau kelompok good looking. Good looking yang dimaksudkan Menteri Agama ialah menarik diihat namun mempunyai pemikiran radikalisme. Bisa jadi dari orang yang hafidz Qur’an, imam masjid atau pengurus BKM, lalu mereka masukkan ide-ide tersebut.
Saya pribadi tidak tahu Menteri Agama bisa bicara seperti ini, apakah punya data yang lengkap atau hanya spekulati. Jangan berasumsi yang tidak jelas dan tak berdata, ini persoalan penting. Sudah cukuplah kita akhir-akhir ini mengalami konflik antar anak bangsa sebab politik yang tak karuan. Menteri Agama harusnya mempersatukan umat bukan malah membuat pernyataan seperti itu yang pada akhirnya para pengurus masjid atau remaja masjid saling menuduh satu sama lain karena takutnya ada penyusupan yang tak diketahui. Ujung-ujungnya juga kegiatan positif akan dicap negatif dan dituduh radikal.
Terlalu banyak sudah masalah kita di negeri ini, jangan ditambah lagi. Ada persoalan serius yang harusnya kita selesaikan bersama selaku pemilik bangsa ini. Seharusnya bukan masalah radikal, atau good looking yang kita bicarakan, tapi justru masalah degradasi moral dan etika pada anak bangsa. Coba lihat data terakhir 2019 dari BNN ada 3,6 juta angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia, yang sebelumnya tahun 2017 sebanyak 3,37 juta dan data tersebut rentang usia penyalahgunaan narkoba usia 15-35 tahun. Artinya, penyalahgunaan narkoba di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, dan penggunanya rata-rata adalah anak muda. ini persoalan bahaya yang harusnya dipikirkan bersama, terutama oleh para pemangku kebijakan.
Menteri agama harusnya mendukung para hafidz atau penceramah tersebut dalam menyampaikan kebaikan, bukan malah menuduh yang tidak-tidak. Malah dengan adanya orang-orang seperti itu, program pemerintah dalam memberantas narkoba, korupsi, atau kejahatan apapun itu bisa terbantu karana kehadiran para dai tersebut.
Menteri Agama harus menarik ucapannya kembali dan meluruskan apa yang sudah dikatakan. Jangan buat masyarakat saling mencurigai satu sama lain, sehingga terjadi lagi kegaduhan antar umat beragama. Heran juga kita pada pemerintah sekarang ini, kok radikalisme mulu yang dibahas. Apa tidak ada kejahatan lain yang lebih merusak tatanan negara ini yang harus dibicarakan?
Jadi mohon para menteri kalau bicara hati-hati agar tidak jadi boomerang di masyarakat. Good looking atau orang yang kelihatan baik tapi merusak itu sebenarnya para koruptor. Mereka berdasi, tampan lagi menarik namun menguras uang rakyat. Mereka yang suka berjanji membangun kesejahteraan dan kemakmuran demi kepentingan rakyat, namun nyatanya merampok uang para rakyat.
Kita memang hidup di negeri dagelan, persoalan kecil selalu dibesarkan dan persoalan besar seakan-akan tak terihat. Inilah dilema di negeri dagelan seperti pepatah bilang “ gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman diseberang lautan terlihat jelas”.
Pemerintah selalu buta untuk hukum keadilan rakyat di negeri ini, namun sering memakai pengadilan untuk menghukumi rakyat proletar. Maka bisa kita katakan isu radikalisme yang selalu diteriakkan di media adalah isu murahan. Masih banyak persoalan yang menghambat kemajuan di negeri ini. Isu tersebut diantara lain ialah krisis identitas, masalah narkoba, kasus korupsi, kemiskinan, birokrasi yang sulit, hukum yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas, terlebih persoalan kita hari ini ekonomi yang makin sulit. Ini harusnya menjadi perbincangan yang paling utama di kalangan elite, bukan malah isu radikalisme atau good looking yang mengambang dan tak jelas.
Karena tidak ada data yang menunjukkan bahwa yang menghambat kemajuan di negeri dagelan ini adalah para hafidz Qur’an, pengurus masjid, imam atau para dai. Malahan kita patut berterima kasih pada mereka karena telah mengkampanyekan agar tidak berbuat curang dalam politik, tidak menggunakan narkoba, selalu berbuat baik pada sesama dan selalu menjaga keutuhan bangsa.
Ayolah mulai sekarang kita bersama-sama membangun bangsa ini tanpa saling mencurigai, jangan lagi tampilkan pertunjukan dagelan oleh para aktor politik. Tunjukkanlah bahwa para elite serius dalam memperbaiki dan mensejahterakan negara ini. Jangan sampai masyarakat menambah rasa negatifnya terhadap pencitraan politik yang dihadirkan saat ini.
Stop jadikan negara ini sebagai panggung dagelan. Berjuanglah demi rakyat jangan lagi buat kegaduhan dengan pernyataan tak jelas arahnya.
Kita harus perbanyak orang-orang yang mempunyai kegiatan positif agar kegiatan negatif bisa terkurangi. Sekarang ini kita lagi dihadapkan oleh masalah wabah corona, coba kita serius dulu dalam menangani covid-19 ini.
Radikalisme itu sendiri belum ada buktinya merusak tatanan negara. Saya jadi teringat kata orang bijak “Ada perbedaan besar antara membuat klaim dan membuktikan klaim”. Semoga saja Menteri Agama tidak membuat klaim atau asumsi semata namun bisa memberikan data yang jelas agar tidak menimbulkan polemik baru di tengah masyarakat. Saatnya kita kembali merajut persatuan bangsa, dan keutuhan NKRI.
====
Penulis mahasiswa UMSU Jurusan Teknik Sipil, Ketua Pemuda Masjid Al-falaah, Staf Departmen Kebijakan Publik KAMMI Medan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]