Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya seorang siswa. Masih mengenyam pendidikan di bangku SMA. Kata orang, status sebagai pelajar di masa “putih abu-abu” penuh nuansa kegembiraan. Maklum saja, kisah romantika ala Romeo dan Juliet ada di sana. Itu sih katanya. Benar atau tidak, bisa dipertanyakan ulang, he he..
Sebagai seorang siswa, ya pasti punya hobi. Saya masih ingat, tatkala bermain futsal, bola volly di pekarangan sekolah, berenang sebagai aktifitas olah raga di mata pelajaran penjas. Pokoknya serulah. Di samping keseruan-keseruan itu, esensi yang terkandung di dalamnya adalah soal solidaritas antar siswa. Bermain bersama, belajar bersama untuk berprestasi di sekolah.
Sejak pandemi Covid-19 muncul, banyak hal yang berubah. Sebagai seorang siswa, saya merasakannya betul. Terus terang, di sekolah, saya siswa yang biasa-biasa saja, tapi saya cerdik. Itu kata temanku he he....
Nah, melihat realita saat ini, ada beberapa kendala yang saya rasakan selama menempuh pendidikan daring beberapa bulan terakhir. Beberapa kendala itu, di antaranya, pertama, pembangunan karakter dan jiwa kepemimpinan otomatis berkurag ruang interpretasinya. Kalau dulu, ada tempat untuk rapat OSIS, koordinasi kepanitiaan dan diskusi kelompok. Hal-hal seperti ini yang sepertinya mulai terlupakan. Padahal, kalau dipertimbangkan ulang, agenda-agenda ekstrakurikuler itu sangat penting. Sehingga tidak hanya isi pikiran yang dipenuhi, tetapi juga karakter building. Program untuk membangun karakter siswa sayangnya belum terlihat saat ini.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya siswa yang biasa-biasa saja. Terus terang, cukup sulit untuk mengikuti secara peuh pemaparan ibu-bapak guru. Ya, saya tahu mereka sudah bekerja keras, membuat rekaman di youtube, zoom dan wa call. Mungkin, keadaan ini bisa diatasi ke depan, meniru kampus-kampus dengan sistem PJJ (Pembelajara Jarak Jauh). Biasanya, kampus-kampus itu, memiliki modul dan panduan dalam perencanaan akademik. Ini yang saya rasa belum ada. Semoga ke depan dari kementerian dan dinas pendidikan bisa mempersiapkan kurikulumnya jika pandemi belum juga reda.
Selain itu, memang belajar di sekolah lebih efektif karena ada pantauan dan bimbigan dari guru. Sayangnya ini di kebanyakan tempat di masa pandemi menjadi berubah saat belajar daring berlangsung. Banyak program belajar yang hanya berlanjut terus. Harapannya, bimbingan perlahan itu perlu, karena seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa modul dan rencana belajar saat ini menjadi kurang jelas. Saya percaya seluruh tenaga pendidik telah berjuang, dan kami bangga dan mengapresiasi bapak ibu guru sekalian.
Ya, kita berharap pandemi ini segera usai. Saya hanya bisa berharap yang terbaik, dan saya sudah sangat rindu berkumpul lagi dengan teman-teman di sekolah. Tertawa bersama, bernyanyi bersama. Kata ibuku, masa-masa putih abu-abu ini tak akan terulang lagi. Dan, tentu saja kita tidak boleh menyerah. Keadaan apapun, membuat kita harus terus belajar tak kenal lelah sembari terus memperhatikan protokol kesehatan. Jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan.
Saya memang biasa-biasa saja, tapi saya akan mencoba segala cara untuk belajar denga tidak biasa. Belajar online via youtube, bertanya kepada yang lebih paham, bertanya kepada guru secara pribadi dan lain sebagaiya.
Saya harap teman-teman sekalian yang saat ini juga sedang kesulitan menempuh pendidikan, juga melakukan hal yang sama. Sembari kita berdoa kepada Tuhan dan mendukung dan memberi masukan terus terkait program-program dari pemerintah dan sekolah kita, sampai pandemi usai dan kita bisa berinteraksi seperti biasanya. Sekian saya sampaikan, terima kasih!
Tunggul Sinaga
Siswa SMA Bintang Timur Pematang Siantar.