Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Washington DC. Sehari setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memecat Menteri Pertahanan (Menhan) AS, Mark Esper, Gedung Putih melakukan perombakan terhadap para pejabat Pentagon lainnya. Sejumlah loyalis Trump pun ditempatkan pada jabatan-jabatan penting di Pentagon.
Seperti dilansir Reuters dan CNN, Rabu (11/11/2020), empat pejabat sipil senior di Pentagon telah dipecat atau mengundurkan diri sejak Senin (9/11) waktu setempat. Mereka terdiri atas Esper, Kepala Stafnya dan pejabat tinggi pada pengawasan kebijakan dan intelijen.
Mereka digantikan oleh para loyalis Trump, termasuk sosok kontroversial yang mempromosikan teori konspirasi dan menyebut Presiden Barack Obama sebagai 'teroris'. Seorang pejabat senior Pentagon menuturkan kepada CNN bahwa 'tampaknya kita sudah selesai dengan pemenggalan untuk saat ini'. Dia merujuk pada pemecatan pejabat sipil di Pentagon.
Diketahui bahwa Trump mengumumkan pemecatan Esper via Twitter pada Senin (9/11) waktu setempat. Esper digantikan oleh Christopher Miller, yang sebelumnya menjabat Direktur Kontraterorisme Nasional AS.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS dalam pernyataannya juga menyebut bahwa Kash Patel, yang sebelumnya menjadi penasihat kontraterorisme pada Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, akan menjadi Kepala Staf untuk Miller.
Patel pernah menjadi asisten utama bagi anggota House of Representatives (HOR) atau DPR AS, Devin Nunes, dari Partai Republik yang pro-Trump. Nunes diketahui menjabat Ketua Komisi Intelijen DPR AS. Saat bekerja untuk Nunes, Patel merilis memo yang menuduh FBI dan Departemen Kehakiman bias terhadap Trump.
Selain pemecatan Esper, seorang penasihat kebijakan utama di Pentagon dilaporkan mengundurkan diri. Jabatan itu kemudian ditempati oleh Anthony Tata, seorang pensiunan Brigadir Jenderal Angkatan Darat AS yang pernah menyebut Presiden Barack Obama sebagai 'pemimpin teroris'. Tata saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan untuk Urusan Kebijakan.
Pemecatan Esper itu mengisyaratkan bahwa Trump mungkin menggunakan beberapa bulan terakhir dalam masa jabatannya untuk menyelesaikan masalah dalam pemerintahannya. Namun perombakan di Pentagon memicu kekhawatiran di kalangan Partai Demokrat soal apakah kebijakan keamanan nasional AS bisa menjadi tidak stabil saat Trump yang dinaungi Partai Republik mengakhiri jabatannya awal tahun depan.
Hal itu juga berpotensi mempermudah Trump untuk menerapkan kebijakan yang sebelumnya ditentang keras oleh Esper, seperti pengerahan tentara aktif untuk menekan unjuk rasa jalanan di berbagai wilayah AS.
Politikus Partai Demokrat menilai langkah terbaru yang diambil Trump ini menjadi pesan berbahaya kepada musuh-musuh Amerika dan meredupkan harapan untuk transisi yang tertib saat Presiden terpilih AS, Joe Biden, bersiap untuk menjabat.
"Sulit untuk melebih-lebihkan betapa berbahayanya penggantian pejabat tingkat tinggi di Departemen Pertahanan selama periode transisi kepresidenan," sebut anggota DPR AS dari Partai Demokrat, Adam Smith, yang juga menjabat Ketua Komisi Angkatan Bersenjata DPR AS.
Di sisi lain, perombakan ini juga meningkatkan kemungkinan bahwa Trump akan mencoba memenuhi janji kampanye yang belum terwujud sebelum Biden resmi dilantik pada 20 Januari 2021. Salah satunya adalah kemungkinan memerintahkan penarikan penuh pasukan militer AS dari Afghanistan.
Anggota DPR AS dari Partai Demokrat, Elissa Slotkin, yang menjadi pejabat senior Pentagon pada era Obama, menyerukan Miller untuk menempatkan kepentingan keamanan nasional di atas kesetiaan pada Trump.
"Negara dan militer yang menjadi dedikasi dalam hidupnya, mengandalkannya untuk melakukan hal yang benar," cetusnya.(dtc)