Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukanya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkanya. ( Yohanes 12: 47)
Karen Armstrong mengawali tulisanya dalam bukunya “Sejarah Tuhan” dengan mempertanyakan siapa tuhan itu? Pelajaran yang dapat diambil dari Karen Armstorng, dalam bukunya itu adalah pergumulan mencari Tuhan menjadi bagian dari kehidupan diri dan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa manusia adalah mahkluk spritualis yang homo sapiens dan homoreligius, meyakini adanya Tuhan yang Maha Esa, baik melalui akal, intuisi maupun relevasi (wahyu).
Filsafat Moral Thomas Aquinas juga menyatakan, ada tiga keutamaan teologis, yaitu iman, harapan dan cinta. Iman menyempurnakan akal budi kita agar terbiasa memiliki kebenaran-kebenaran terhadap hal yang kita percayai. Harapan menyempurnakan hasrat dari kehendak kita, dengan menunjukan ke arah tujuan super natural mengubah kehendak kita dengan mengarahkan pada tujuan akhir, agar kita berusaha secara efektif demi tercapainya nilai tertinggi. (Gilson,1961:164)
Soren Aabey Kierkegaard (1813-1855) mendeskripsikan tiga tahap eksistensi manusiam yakni tahap estetis, tahap etis, dan tahap religius. Hanya dengan keyakinan pribadi yang berlandaskan iman, kita berani menceburkan diri dalam Tuhan, dengan rasa aman dan bahagia. Hidup manusia berakhir dalam kebahagaan abadi kalau ia sudah berada dalam tahap eksistensi yang religius. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11: 1). Karena iman, Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya, karena iman itu Allah menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran sesuai dengan imanya.
BACA JUGA: Menteri Jokowi 'Senjata Makan Tuan'
Bagai tanah gersang menanti datangnya hujan, begitupun jiwaku Tuhan, hanya engkau pribadi yang mengenal hatiku (penggalan lirik lagu “Pribadi yang mengenal hatiku”). Manusia tanpa iman adalah hidup tanpa tujuan yang selalu terombang-ambing bagaikan gelombang laut dan sebaliknya hidup dengan Tuhan bagaikan air yang tenang dan penuh rasa syukur walaupun di tengah pandemi saat ini.
Makna Natal
Sungguh kemuliaah bagi allah yang maha tinggi yang menciptakan bumi dan segala isinya karena cinta kasih-Nya-lah, manusia dapat menikmati kehidupan. Hanya karena darahnya yang tercurahkan di kayu salib. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan anaknya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).
Dengan kelahiran Yesus Kristus Putra Allah yang tunggal lahir dari perawan Maria, Dia-lah yang menyelamatkan umat manusia dari dosa mereka. Sebab setelah manusia pertama (Adam dan Hawa) telah jatuh ke dalam dosa, manusia tidak akan lepas dari maut. Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 6:23). Kristus adalah terang dunia dan satu-satunya jalan kebenaran menuju kehidupan yang kekal.
Cahaya bintang yang datang di tengah kegelapan, dengan kasih kemurahan menerangi sudut-sudut kekelaman. Orang-orang majus dari timur bersukacita, sebab bayi mungil telah lahir Dia-lah Sang Raja yang turun menyelamatkan dunia, lahir di kandang domba dibungkus dengan kain yang sederhana, sesederhana itukah? Ya, Kasih itu sederhana, barang siapa yang memiliki Kristus ia akan berbuah seperti tersurat pada buah roh (Galatia 5:22-23)
Natal adalah lahirnya Juru Selamat. Covid-19 telah mengingatkan bahwa esensi Natal bukan hanya tentang euforia. Manusia baru diminta untuk peduli dan menyebar kasih. Sebab tertulis, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22: 39). Pengorbanan itu sudah selayaknya kita maknai apalagi di tengah pandemi ini banyak insan yang berguguran. Data worldometers mencatat 1.735.328 jiwa meninggal akibat covid-19 (24/12/2020) Ya, Yesus tidak membutuhkan kemewahan perayaan Natal. Pengorbanan, menjadi garam dan terang saling mengasihi itulah makna Natal itu sendiri.
Penutup
Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik (Lukas 6:43). Sukacita Natal menjadi pengorbanan demi kebaikan bersama. Sebab Natal tak akan berarti tanpa kasih-Mu lahir di hatiku. Hanya bersamamu Yesus kurasakan selalu indahnya Natal di hatiku (dikutip dari lagu “Natal di hatiku”) bersinar layaknya taburan bintang di malam hari, sebarkah kasih itu agar dunia mengerti kasih Allah.
Selamat Hari Natal, Tuhan Yesus Memberkati!
====
Penulis Koordinasi ke-32 Kebaktian Muda-Mudi Kampung Susuk (KMKS).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]