Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Persentase orang Amerika Serikat (AS) yang mampu menyiapkan biaya darurat menurun tahun ini. Hal itu disebabkan oleh jutaan orang AS yang kehilangan pekerjaan dan mengalami pemotongan gaji akibat virus Corona (COVID-19). Hingga akhirnya berdampak pemasukan mereka.
Dikutip dari CNN, Selasa (12/1/2021) situs keuangan Bankrate.com mencatat hanya 39% orang AS yang mampu membayar biaya tak terduga. Sementara pada 2020 persentasenya sebesar 41% orang. Secara rata-rata biaya darurat orang AS sekitar US$ 1.000 setara Rp 14 juta (kurs Rp 14.000/U$).
Sedangkan, 38% lainnya perlu meminjam uang, baik dengan menggunakan kartu kredit atau meminjam dari keluarga untuk membayar biaya tak terduga seperti tagihan medis atau perbaikan darurat lainnya.
"Kemampuan orang AS untuk menyiapkan biaya tak terduga semakin mundur oleh pandemi, dengan hampir sebanyak yang perlu meminjam untuk menutupi biaya tak terduga," kata Greg McBride, kepala Bankrate.com.
Sementara orang yang masih mampu menyimpan dana darurat karena mereka masih kerja meski WFH atau sebagian telah memotong biaya liburannya. Selain itu, orang dengan umur40 ke atas juga disebut masih mampu menyimpan dana darurat dibandingkan generasi milenial.
Generasi X usia 40-55, sekitar 46% orang mampu menyiapkan dana darurat dan 45% pada generasi Baby Boom di rentan usia 56-74.
Untuk menyiapkan dana darurat akan sulit bagi rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Hanya 21% dari mereka yang berpenghasilan kurang dari US$ 30,000 setahun dapat menyimpan biaya darurat. Bahkan mereka bisa saja tidak sanggup menyiapkan hingga akhirnya meminjam.
Sementara mereka yang berpenghasilan US$ 75,000 persentasenya lebih besar. Ada 58% rumah tangga yang mampu menyimpan dana darurat.
Banyak orang AS tetap optimis untuk tahun 2021. Sebanyak 44% orang memprediksi keuangan mereka akan membaik tahun ini. Sekitar 40%, mengharapkan situasi keuangan pribadi mereka akan tetap sama dengan tahun sebelumnya, sementara 14% memprediksi keuangan mereka memburuk.
Orang dengan usia 66 tahun ke atas kebanyakan pesimis dengan keadaan keuangan 2021. Hanya 28% orang yang berharap pengeluarannya membaik. Sementara generasi milenial lebih optimis, sekitar 53% orang memprediksi keuangan membaik pada 2021.(dtf)