Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan progres penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia terhenti akibat pandemi COVID-19. Tidak hanya kemiskinan, virus yang masih menyebar juga berdampak luas pada sektor ekonomi nasional.
Hal itu diungkapkannya saat rapat kerja (raker) bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tentang realisasi APBN tahun 2020 termasuk realisasi PEN, dan pelaksanaan APBN tahun 2021 yang dilaksanakan secara virtual, Rabu (27/1/2021).
"Dari sisi tingkat kemiskinan, progres selama ini konsisten menurun. Namun progres itu terhenti karena COVID-19," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menceritakan, tingkat kemiskinan Indonesia sempat menyentuh pada level 9,22% di September 2019. Angka tersebut menjadi yang paling rendah sepanjang sejarah Indonesia. Tingkat kemiskinan turun dari yang sebelumnya berada di level 11,25% di Maret 2014.
"Peningkatan kemiskinan sudah terjadi di bulan Maret 2020 menjadi 9,78%," ujarnya.
Menurut Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, tingkat kemiskinan Indonesia bisa meningkat drastis jika pemerintah tidak mengambil kebijakan perlindungan sosial selama pandemi COVID-19.
Pemerintah mengalokasikan anggaran perlindungan sosial sebesar Rp 220,39 triliun pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Tujuan program ini untuk mengungkit daya beli masyarakat yang selama ini terdampak pandemi Corona.
"BLT dana desa yang dikonversikan dari dana desa itu cukup efektif menahan peningkatan kemiskinan di desa. Di perkotaan kita keroyokan dari PKH, bansos, dan dari berbagai policy seperti bantuan produktif UMKM," katanya.
"Kalau berdasarkan exercise, dengan intervensi pemerintah kita tetap bisa tahan di single digit, kalau tidak bisa melonjak ke atas 10,2% tingkat kemiskinannya," tambahnya.(dtf)