Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Tarutung. Perjuangan Renny Manurung (29), perempuan muda asal Saitnihuta, Desa Huta Toruan I, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara untuk merevitalisasi ulos (kain tenun khas Batak) patut diacungkan jempol. Dia berhasil membangkitkan beberapa desain tradisionil dan rumit yang sudah 200 tahun tak pernah dibuat.
Renny Manurung mengisahkan perjuangannya berawal dari keterpurukan ekonomi keluarga akibat menurunnya penjualan ulos. Kondisi tersebut memaksanya dirinya harus berjuang dan mencari solusi.
"Kuliah saya sempat terhenti di tahun 2012, tak ada pilihan bagi saya selain pulang dan mencari solusi atas masalah yang saya hadapi." ujar Renny kepada medanbisnisdaily.com saat dihubungi pelalui pesan whastappnya, Selasa (9/2/2021).
Berawal dari kecintaanya akan ulos, Renny kecil terlahir dan dibesarkan dari keluaga penenun ulos di Tarutung. Oppungnya (nenek-red) keturunan Solo, Jawa Tengah, yang juga sangat ahli dalam menenun ulos membuat dia mendapat banyak ilmu sejak kecil.
Menurut dia, kain tenun ulos merupakan karya seni etnis Batak Toba yang memiliki makna dan nilai kultur yang tinggi. Ulos sebagai identitas bagi masyarakat Batak. Namun Sayangnya, seiring waktu tradisi tenun ulos tergerus zaman dan mulai ditinggalkan.
"Mereka (penenun) berhenti membuat ulos yang sangat unik, rumit dan tradisionil akibat permintaan pasar yang tinggi, sehingga banyak dari mereka beralih (gunakan mesin) dan meninggalkan cara-cara lama." kata Renny yang juga Founder Dame Ulos Tarutung ini.
Selain itu, kata Renny, butuh ketelatenan dan proses yang lama dalam menghasilkan ulos yang bekualitas. "Ulos ragidup, misalnya, dengan menggunakan pamunggung (alat tenun bukan mesin yang digerakkan dengan tenaga mekanis manusia) bisa sampai satu bulan." katanya.
Tambah Renny, ulos punya keunikan tersendiri dibandingkan tenun lain, karena teknik pembuatanya unik dan rumit. Kerumitan itu tergambar pada ulos ragidup, sitola, jugia, tumtuman, mangiring, ulutorus, sirara, sibolamotung, ros na marsimata dan sitolu tuho.
Berkat kegigihannya meretavilisasiasi ulos, Renny bersama kelompok binaannya telah mendapat banyak apresiasi, baik nasional maupun dunia.
Ia berharap dapat bekerja bersama dengan kaum muda Batak lainnya, punya misi yang sama untuk menjaga warisan budaya melalui kerajinan tenun ulos.