Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
SEJAK Covid-19 terkonfirmasi kali pertama di Indonesia pada Maret 2020. perjalanan penanganan pandemi selama satu tahun terakhir terbukti telah memakan biaya yang tidak sedikit. Dana pemerintah yang dikeluarkan untuk penyelesaian pandemi jika dikalkulasikan telah mencapai Rp 800 triliun.Dengan hasil pertumbuhan ekonomi -2,07 persen yang terjadi, maka stimulus pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 akan menemui rintangan yang sangat berat.
Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami tekanan yang sangat kuat sepanjang tahun 2020. Besarnya tekanan defisit pada 2020 membuat banyak industri manufaktur tersungkur -2,93 persen. Tak jauh berbeda dengan situasi yang terjadi pada kalangan pengusaha menengah atas, para usahawan kelas menengah ke bawah juga mengalami tekanan kuat selama pandemi. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI , 2020) mencatat ada sebanyak 2,56 juta penduduk usia kerja menjadi pengangguran karena covid-19. Sebanyak 1,77 juta penduduk bekerja namun untuk sementara waktu mereka tak dapat bekerja (BPS, 2020). Kondisi ini diperburuk minimnya lapangan kerja yang berbanding seimbang dengan tertahannya pengeluaran rumah tangga. Selama pandemi, pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) 2020 terkontraksi sebesar 2,63 persen dibandingkan 2019 (c-to-c).
Pemerintah terus berjuang konsumsi rumah tangga kembali meningkat. Anggaran penanganan Covid – 19 dan pemulihan ekonomi telah disiapkan demi membangkitkan konsumsi rumah tangga. Untuk perlindungan sosial pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp 148,66 triliun. Dukungan stimulus pertumbuhan ekonomi pemerintah juga diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan korporasi yang berkontribusi 60,3 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) diwujudkan dengan penyiapan dana dukungan sebesar Rp 157,57 triliun.Selain itu ada pula kebijakan anggaran lain terkait kesehatan dan program prioritas kementerian. Sehingga total keseluruhan dana yang disiapkan mencapai Rp. 557,3 triliun.
Target Ekonomi
Pemerintah menargetkan ekonomi pada 2021 akan tumbuh 4,5 persen hingga 5,5 persen. Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah mendorong komponen konsumsi rumah tangga untuk tumbuh 1,8 persen.Komponen pengeluaran pemerintah faktanya mampu tumbuh sebesar 4 persen hingga 5 persen, dan meningkatkan komponen investasi serta ekspor.
Pada awal triwulan 2021 ini pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 3 persen sampai 6 persen. Tapi, jika melihat ekonomi masyarakat sampai saat ini, maka kemungkinan terburuknya ada pada batas bawah, yakni 3 persen. Untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi secara maksimal, semua sangat bergantung pada perlindungan vaksinasi maupun imunitas yang berkembang dari infeksi sebelumnya (herd immunity) masyarakat. Sepanjang herd immunity belum tercapai, kondisi perekonomian akan tetap sulit untuk dapat bergerak secara maksimal.
BACA JUGA: Menatap Ekonomi Indonesia 2021
Sektor ekonomi yang kemungkinan lebih awal membaik adalah ritel (perniagaan) Kalau bisnis ritel sudah pulih di hilir, maka dalam perbaikan hulunya setiap produsen ritel akan turut memproduksi barang dan memulihkan jalur distribusi. Selain bisnis ritel, bisnis manufaktur juga memiliki peluang cepat bangkit. Terutama untuk kebutuhan harian seperti bisnis pakaian. Karena sekalipun pandemi,kebutuhan membeli pakaian masih menjadi konsumsi pokok masyarakat. Sementara sektor yang mengalami pemulihan paling akhir pada masa pandemi ini adalah pada sektor layanan publik, tempat pariwisata dan rekreasi. Industri perhotelan, restoran, dan bioskop akan menjadi industri yang paling lambat pulihnya. Sektor tersebut tak akan bisa pulih sebelum pandemi dapat dipulihkan secara masif dan ada kepastian herd immunity publik.
Dalam pemulihan pertumbuhan ekonomi, pemerintah diharapkan tak hanya fokus membangun realisasi ekonomi Indonesia. Pemerintah juga perlu memprioritaskan berbagai program mendorong sisi permintaan (demand), mengingat setinggi apa pun sisi penawaran (supply) namun jika tak diimbangi dengan permintaan masyarakat justru akan menjadi hal yang sia-sia.
Dalam pemulihan ekonomi 2021 perlu ada pengalihan supply side (penawaran) kepada demand side (permintaan) karena kecepatan demand side tersebutlah yang akan menumbuhkan supply side secara berkala. Tak hanya sampai disana, Pemerintah juga perlu meningkatkan ruang produktivitas belanja pemerintah untuk membuat sistem dukungan (support system) terhadap daya serapan masyarakat. Dalam konteks ini, aktivitas belanja kementerian/lembaga patut diutamakan untuk menyerap produk-produk dalam negeri, baik produk pertanian maupun UMKM perlu berdampak langsung meningkatkan daya beli masyarakat dan responsif terhadap pengembangan komoditas lokal.
Konsolidasi Terpadu
Jika berkaca pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 yang masih jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara modern seperti Singapura (minus 5,8%), Filipina (minus 9,5%), Amerika Serikat (minus 3,5%) dan Uni Eropa (minus 6,4%). Maka wajar jika publik berharap bila pemerintah dapat terus gigih melakukan efektivitas Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN). Dalam implementasi kerja APBN 2021 pemerintah terus mendorong pemulihan ekonomi untuk konsolidatif sekalipun terjadi defisit 5,7% terhadap PDB.
Untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang signifikan pada 2021 maka diperlukan 3 langkah konkret yang langsung membenahi ekonomi nasional secara struktural. Pertama, implementasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang terus dilanjutkan untuk memastikan kembali apakah penanganan Covid-19 terus berjalan secara efektif. Disisi lain stimulus PEN ini diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat, serta menstimulasi pemulihan dunia usaha. Selain itu, Kementerian Keuangan bersama dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga perlu terus dilakukan demi memastikan pemulihan ekonomi nasional dapat berjalan efektif.
Kedua, optimalisasi APBN. Peran APBN sebagai fiskal negara pada 2021 akan kembali diuji supaya mampu berjibaku menghadapi tantangan pandemi Covid 19 yang belum usai. Kontribusi Pemerintah Daerah (Pemda) juga sangat diharapkan memiliki peran keberhasilan proram PC-PEN di seluruh kabupaten kota se-Indonesia. Seluruh Pemerintah daerah diharapkan mampu untuk mengakselerasi kinerja APBD dan merancang pemulihan ekonomi daerah yang sinergis sesuai dengan pelaksanaan program PEN yang dilakukan pemerintah pusat.
Ketiga,, konsolidasi pemerintah pusat dan daerah untuk optimalisasi serapan daerah. Tak optimalnya anggaran penanganan Covid-19 dalam belanja daerah membuat pertumbuhan ekonomi lokal tak berkembang. Ketersediaan anggaran sebesar Rp 72,45 triliun, nyatanya hanya terealisasi sebesar Rp 35,37 triliun atau 48,8%.Adapun cakupan dana realisasi tersebut meliputi belanja kesehatan Rp 16,93 triliun, belanja jaring pengaman sosial Rp 14,83 triliun, dan pemberian dukungan ekonomi Rp.3,59 triliun.
Belum optimalnya serapan daerah untuk dana pemulihan ekonomi mengindikasikan pemerintah daerah masih belum mampu melakukan konsolidasi terpadu dengan program yang diberikan pemerintah pusat. Karena itu, partisipasi pemerintah baik pusat dan daerah untuk terus memonitor ruang pertumbuhan ekonomi dari tingkat pusat hingga daerah supaya program terpadu pemulihan ekonomi nasional mampu dijalankan secara baik. Jika langkah terpadu ini terkoordinasi, maka kinerja stimulus pemulihan ekonomi negara akibat dampak besar Covid-19 akan terlaksana secara maksimal.
====
Penulis Direktur Eksekutif Jaringan Studi Indonesia
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]