Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tapsel. Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Doni Latuperissa, mengatakan, sejak awal proses pembangunan proyek PLTA Batangtoru, pihaknya sudah menyampaikan kekhawatiran adanya potensi ancaman terhadap ekosistem, keanekaragaman hayati, dan bencana alam.
Bencana yang dikhawatirkan telah dua kali terjadi dalam kurun waktu lima bulan. Pertama longsor di Desember 2020 menewaskan operator bersama excavator jatuh ke jurang dan tenggelam di dasar sungai Batangtoru yang berada persis di jurang areal PLTA Marancar Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian bencana longsor kembali terjadi pada Tanggal 29 April dengan menewaskan belasan warga masyarakat, pekerja lokal PLTA dan juga pekerja asing (Cina) di areal PLTA Marancar Kabupaten Tapanuli Selatan.
Menurut Doni Latuperissa ini tidak boleh dibiarkan dan berharap ini tidak terulang kembali.
"Walhi Sumatera Utara telah menyampaikan jauh-jauh hari sebelum peristiwa Longsor yang memakan Korban Bahwa Tidak Adanya Mitigasi Bencana PT NSHE sesuai Analisi Dokumen Amdal Pembangunan PLTA Batangtoru dan merupakan Dalil Gugatan Walhi terhadap Izin Lingkungannya sehingga Analisis Walhi-Sumut terbukti dengan Bencana Longsor di Lokasi Pembangunan PLTA Batang Toru,"kata Doni melalui siaran pers yang disampaikan kepada medanbisnisdaily.com,Sabtu (1/5/2021).
Menyikapi Terkait bencana longsor yang terjadi di areal Proyek PLTA Batangtoru hari ini, WALHI Sumatera Utara sudah menduga hal tersebut akan terjadi. Sejak awal proses pembangunan Walhi Sumatra Utara khawatir jika proyek tersebut diteruskan akan menimbulkan bencana ekologis di kawasan hutan Batang Toru. Apalagi diketahui bahwa wilayah tersebut merupakan daerah rawan gempa dengan kontur tanah yang labil. Bahwa lokasi pembangunan PLTA Batangtoru berada di zona merah dekat dengan patahan, artinya lokasi pembangunan PLTA Batangtoru berpotensi menimbulkan bencana ekologis baru yang berdampak pada sosio-ekologis masyarakat. Seperti diketahui, ini bukan kejadian pertama di mana sebelumnya pada desember 2020 juga terjadi longsor yang menyebabkan hilangnya operator excavator.
Adapun yang menjadi sikap Walhi Sumatra terhadap Lansekap Batangtoru yang menjadi Rimba Terakhir Sumatera Utara adalah: