Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pemangku kepentingan pendidikan perlu segera mengambil kebijakan sebagai bentuk mitigasi mengurangi dampak learning loss (kehilangan pembelajaran) akibat pandemi Covid-19. Apalagi pandemi ini telah menyebabkan 33.000 siswa SD putus sekolah dan 1,2 juta siswa belum mendapatkan akses pendidikan yang layak karena imbas dari pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan.
Hal ini terungkap dalam webinar Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Mengatasi Learning Loss yang diselenggarakan Tanoto Foundation. Learning loss sendiri merupakan suatu kondisi hilangnya atau menurunnya kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik yang diakibatkan terhentinya proses pembelajaran atau proses belajar yang tidak bermakna.
Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru Kemendikbudristek, Praptono, mengatakan, pemerintah berkomitmen akan menyelenggarakan pembukaan sekolah tatap muka terbatas pada Juli 2021, sebagai salah satu upaya mengatasi learning loss.
"Pembukaan sekolah tidak akan dalam bentuk massal, melainkan bertahap, dan memaksimalkan sosialisasi. “Pembukaan sekolah tetap melaksanakan protokol kesehatan untuk menciptakan proses pembelajaran tatap muka yang aman bagi anak," katanya, Rabu (2/6/2021).
Kebutuhan terlaksananya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sudah tidak bisa ditunda lagi. Survei Kemendikbudristek menunjukkan sekitar 64% orangtua berharap anak dapat kembali ke sekolah, dan 52% guru berharap pembelajaran kembali normal.
Spesialis Pendidikan Tanoto Foundation, Golda Simatupang, mengatakan, untuk mengurangi terjadinya learning loss, sekolah perlu didorong untuk menerapkan pembelajaran bermakna yang mendorong siswa lebih banyak mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi atau MIKiR.
Survei Tanoto Foundation pada 2.218 siswa di 454 sekolah mitra menunjukkan sekitar 48,3% siswa senang belajar dari rumah. Alasannnya, pembelajarannya menarik dan menyenangkan. Selain itu, mengaku mendapat pengalaman belajar yang bermakna.
"Jika MIKiR sudah terlaksana dengan baik maka akan timbul kemandirian belajar sehingga siswa makin terdorong untuk belajar karena minatnya bukan karena disuruh guru. Secara tidak langsung hal tersebut dapat mengatasi masalah learning loss yang muncul selama pandemi," jelas Golda.
Tanoto Foundation juga tengah mendesain pelatihan dengan untuk menanggulangi learning loss dengan menyiapkan pelatihan untuk 840 fasilitator melakukan assessmen diagnostik pada saat PTM terbatas dimulai. Mereka dilatih untuk mengetahui level kemampuan siswa atau tingkat learning loss selama pandemi dan upaya untuk mengatasinya.
Sementara itu, Kepala SDN 06 Sei Suka Deras, Batubara, Sri Siswati, mengatakan, setelah sekolahnya mendapat izin melakukan PTM terbatas dari Dinas Pendidikan, Sri membuat sosialisasi dan kesepakatan kepada orangtua agar pembelajaran dapat dilakukan dengan aman dan baik. Siswa dibagi menjadi dua shift, menerapkan protokol kesehatan, dan guru diwajibkan untuk mendapat vaksinasi.
"Kendala yang kami hadapi pada saat pembelajaran tatap muka adalah keterbatasan waktu pembelajaran, dikarenakan setengah dari jumlah siswa secara bergantian masuk keruang kelas. Namun kami tetap mencarikan jalan keluar dengan mengajak guru untuk dapat menyajikan pembelajaran dengan metode yang bervariasi, untuk memancing semangat siswa tetap aktif," katanya.