Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BERBICARA mengenai sampah plastik tidak akan ada habisnya, sampah plastik bisa ditemukan di rimba hutan sekalipun, sebagai tanda manusia meninggalkan jejak. Saking sering melihatnya bertebaran, permasalahan yang timbul oleh sampah plastik, seperti banjir dan malaria sudah biasa di dengar telinga. Namun perlu disadari, masalah tersebut hanya sebagian kecil saja.
Sebuah potongan sampah plastik, memerlukan waktu terurai di tanah hingga 1000 tahun, sedangkan sampah plastik hasil industri setiap tahun mencapai puluhan juta ton, akibatnya sampah plastik menumpuk dan perlu dikelola. Bila sistem pengelolaan sampah plastik gagal, maka dapat mengakibatkan bencana. Misalnya pada tahun 2005 lalu, timbunan sampah setinggi 60 meter di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Bandung, meledak dan longsor dengan jumlah korban tewas sebanyak 157 orang (humas.bandung.go.id, 2021).
Pada kasus lain, sampah plastik yang sebagian besar bermuara di laut lepas, mencemari dan mengancam kehidupan biota laut. Berdasarkan penelitian Jenna R. Jambeck tahun 2010, Indonesia membuang sekitar 1,29 juta ton sampah plastik ke laut, menempati urutan ke dua di bawah Cina.
Sampah plastik di lautan menghasilkan mikro plastik yang ukurannya kurang dari 5 mm yang kemudian termakan oleh ikan konsumsi manusia. Hal ini dibuktikan dari temuan Andreas Kristanto dari Ecological Obervation and Weatlands Conservation (Ecoton), semuanya dari 40 sample feses manusia telah terkontaminasi mikro plastik (mongabay.co.id, 2019). Meskipun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai jenis penyakit yang muncul, namun bukan berarti tidak ada dampak kesehatan pada tubuh manusia dalam jangka panjang.
Pengelolaan Sampah Plastik
Pembaharuan kesadaran tentang sampah plastik yang terintegrasi dalam pendidikan dirasa cukup penting. Masyarakat tidak hanya diajarkan mengenai membuang sampah pada tempatnya, pemisahan sampah organik dan non-organik, atau pun daur ulang sampah, tetapi juga perlu pengetahuan mengenai bencana lingkungan yang serius. Kesadaran tersebut dimulai dari lingkungan pendidikan dan keluarga, hingga pada kegiatan atau hajatan melibatkan banyak orang.
BACA JUGA: Salah Kelola Lingkungan dan Melihat Kembali Kearifan Lokal
Selain itu, saat ini pengenalan konsep bebas sampah (zero waste) sedang diarahkan menjadi gaya hidup masyarakat. Konsep ini merupakan pengurangan penggunaan produk sekali pakai, seperti kantong plastik, sedotan plastik, botol minuman, dan lain-lain, guna menekan jumlah sampah. Sebagai alternatif, produk yang bisa digunakan berulang-ulang misalnya tote bags, sedotan stainless, botol stainless steel, yang sudah banyak diproduksi.
Konversi Sampah
Swedia menjadi negara yang banyak menarik perhatian dalam mengubah sampah menjadi energi listrik, malahan negara tersebut kekurangan sampah sehingga harus mengimpor sampah dari Inggris, Italia, Norwegia, dan Irlandia. Sampah yang diimpor kemudian digunakan untuk menghidupkan mesin-mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang mengalirkan listrik ke 260 ribu rumah.
Langkah progresif yang dilakukan Swedia, tentunya bisa menjadi pertimbangan Indonesia dalam memanfaatkan surplus sampah saat ini, di tengah-tengah kampanye penghentian energi bahan bakar fosil yang sebentar lagi akan habis.
Di samping itu, para ilmuwan telah berhasil menciptakan bahan-bahan pengganti plastik, seperti jamur, ganggang laut, biji gandum, singkong, dan masih banyak lagi. Bagi sektor industri penghasil sampah plastik, konversi untuk meninggalkan bahan plastik akan berdampak sangat signifikan dalam menghentikan pencemaran lingkungan yang terus berlangsung di permukaan Bumi.
Namun dalam melakukan lompatan besar ini, isu pencemaran lingkungan akibat sampah plastik harus menjadi agenda utama semua pihak terutama pemerintah, dan bukan hanya dijadikan isu peringatan seremonial lingkungan hidup setiap tahun. Saat ini bencana bukan hanya terjadi dengan alami, tetapi akibat tangan manusia sendiri.
====
Penulis adalah Koordinator Bidang Pengelolaan Pengetahuan, Hutan Rakyat Institute (HaRI).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]