Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Organisasi mahasiswa atau kerap disebut Ormawa sejatinya merupakan organisasi yang di dalamnya beranggotakan mahasiswa guna mewadahi bakat, minat dan potensi mahasiswa yang tujuannya mendukung kemampuan mahasiswa setelah menempuh ilmu di ruang kelas kuliah. Tidak jarang juga Ormawa berhasil menghasilkan tokoh-tokoh hebat dan terkemuka khususnya di Indonesia.
Ormawa juga sering menjadi pelopor nama baik untuk kampus dalam menunjang kualitas sebuah universitas. Tidak sedikit juga kita temui di dalam parlemen dan pengusaha saat ini yang dulunya tercatat sebagai anggota Ormawa kampus semasa perkuliahannya.
Akan tetapi, bertolak belakang dari itu justru masih sering juga ditemukan sebuah paradigma dan pandangan negatif terhadap Ormawa. Hal ini jelas tidak terlepas dari dampak kemodernan zaman yang membuat pemikiran mahasiswa semakin ingin praktis dan instan dalam hal apapun.
“Sudahlah kuliah saja bagus-bagus, lekas wisuda lalu cari kerja"
Sepotong kalimat seperti ini pasti sering kita dengar bersama. Ucapan-ucapan sejenis inilah yang membuat sebuah paradigma buruh terhadap ormawa, yang nantinya juga terus merambat paradigmanya ke banyak mahasiswa lain.
Agaknya, kalimat seperti itu benar adanya, akan tetapi bagaimana bisa seorang mahasiswa mencari sebuah pekerjaan tanpa sebuah pengalaman berorganisasi? Bagaimana bisa seorang mahasiswa mendapatkan sebuah pengalaman memecahkan masalah jika ia tidak pernah berorganisasi? Bahkan yang lebih penting bagaimana bisa seorang mahasiswa memiliki relasi jika tidak bersosialisasi dan berorganisasi?
Anehnya masih banyak juga sebagian mahasiswa yang tidak mempercayai hal itu. Tentu ini juga nantinya akan berdampak pada kualitas SDM pemuda dan pekerja di Indonesia. Sudah saatnya perlahan kita hilangkan paradigma buruk terhadap Ormawa agar nantinya tidak adalagi ucapan dan pandangan diskriminatif terhadapnya.
Belum lagi munculnya ayal dari orang tua. Kepercayaan orangtua pada anaknya yang sudah menjadi mahasiswa juga kerap membuat para mahasiswa enggan menginjakkan kakinya di ranah organisasi. Pulang malam, nilai anjlok, hingga kurang tidur bisa menjadi alasan orang tua agar anaknya tidak ikut dalam berorganisasi.
Seharusnya orang tua bukan menghalangi anaknya untuk ikut berorganisasi, cukuplah memberikan saran organisasi yang sesuai dengan minat bakat anaknya serta memberikan masukan dan saran sudah lebih dari cukup. Tidak selayaknya juga orang tua mengharapkan kesuksesan terhadap anaknya sementara keinginan dan harapan anaknya untuk berorganisasi tidak diperbolehan.
Bicara soal Ormawa juga bukan sekadar kepanitiaan dan program kerja melulu. Semakin ke sini organisasi mahasiswa semakin luas cakupannya. Mulai dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang memiliki cakupan kemampuannya tersendiri, atau Himpunan Mahasiswa yang cakupannya lebih kecil setara fakultas atau program studi, bahkan sekarang sering muncul organisasi-organisasi berlabel komunitas yang didalamnya berisikan mahasiswa-mahasiwa yang memiliki visi dan misi yang sama.
Jadi daripada itu mahasiswa sudah mudah dalam menentukan ke mana ia akan berlabuh dalam dunia organisasinya. Mahasiswa dalam berorganisasi di zaman sekarang sudah bisa menentukan kenyamanannya bersamaan dengan banyaknya jenis Ormawa saat ini. Mahasiswa juga semakin bisa menyesuaikan jenis organisasi dengan program studi yang dijalaninya.
Jika seorang mahasiswa hanya kuliah lalu pulang, apa bedanya mahasiswa dengan siswa? Untuk apa ada kata “Maha” disitu? Ini juga menjadi tolak ukur sebuah perbedaan seorang mahasiswa dalam dunia perkuliahan. Sudahi pemikiran-pemikiran praktis dalam dunia perkuliahan. Tentunya tidak ada yang instan dalam dunia perkuliahan.
Bagi saya sendiri sebagai penulis berharap setiap universitas bisa menerapkan kebijakan yakni dengan mengharuskan mahasiswanya berorganisasi. Mungkin dengan kata lain “One Student, One Organization” atau menjadikan sebuah persyaratan kelulusan. Tentu ini menjadikan mahasiswa akan berpikir keras untuk mengikuti sebuah organisasi.
Apakah itu pemaksaan? Sekalipun memaksa, jika untuk kebaikan saya rasa tidak masalah. Kembali saya ingatkan organisasi bukan selalu tentang kepanitiaan. Apalagi di zaman seperti sekarang, organisasi bahkan bisa berjalan dalam keadaan serba virtual. Tentu hal ini tidak akan menyulitkan para mahasiswa yang memiliki kegiatan lain.
Sudah saatnya juga kampus memikirkan bagaimana seorang mahasiswa bisa lulus bukan hanya dengan IPK tinggi. Sudah tidak saatnya juga pemerintah bidang pendidikan memikirkan bagaimana mahasiswa lulus dengan sebuah penelitian. Mungkin sudah saatnya juga ada jalan bagaimana sebuah kampus dan pemerintah memikirkan bagaimana caranya seorang mahasiswa bisa lulus dengan pengalaman yang baik, memiliki jiwa problem solving yang baik, memiliki relasi yang luas, memiliki kemampuan public speaking yang lugas, memahami administrasi yang jelas, memiliki jiwa wirausaha dan mematuhi kedisiplinan yang nanti akan dibawanya kemanapun ia berada.
Tentu jika itu benar terjadi, bukan tidak mungkin 5-10 ke depan Indonesia dipenuhi dengan lulusan- lulusan mahasiswa yang memiliki kualitas tinggi. Bukan hanya lulus mencari kerja, tetapi bisa lulus dan mempekerjaan orang dan tentunya membanggakan almamaternya terdahulu. Istilah “Di mana pun kau berada pasti akan selalu tumbuh”, juga sangat mungkin terjadi kedepan. Hidup Mahasiswa Indonesia!
====
Penulis Aktivis Mahasiswa, Pimpinan Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Teropong UMSU, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FISIP-UMSU).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]