Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sejumlah pihak menyesalkan sikap pemerintah yang menutup kampus Institut Teknologi Medan (ITM) per 4 Oktober 2021 lalu. Penutupan itu dinilai kurang tepat karena menyisakan masalah pelik, khususnya bagi mahasiswa. Hal itu diungkapkan praktisi hukum Zulheri Sinaga
dalam diskusi hukum mahasiswa dan alumni ITM yang digelar di Grand Antares Medan, Senin (11/10/2021)
Dikatakan Zul, ada berbagai langkah hukum yang bisa dilakukan bila memang ITM harus diselamatkan. Misalnya melalui gugatan ke PTUN maupun gugatan legal standing atau juga class action. Namun kata Zul, idealnya gugatan itu berasal dari pihak yayasan yang berkonflik.
"Sekarang pertanyaannya mereka (yayasan) mau tidak. Jika memang ada niat baik, dari dulu bisa dilakukan sebelum ada keputusan dari pemerintah itu. Caranya ya berdamai. Tapi kalau ada pihak-pihak di luar yayasan yang menginginkan ITM selamat, bisa saja, meski jalannya cukup panjang," kata Zul.
Dari sisi hukum, kata Zul, proses itu bisa memakan waktu yang lama. Karenanya yang terpenting saat ini memastikan nasib mahasiswa yang menjadi korban atas penutupan kampus itu.
"Maka saya bilang, pemerintah harusnya memikirkan lebih dulu dampaknya. Memang konflik di yayasan itu sudah berlarut-larut, namun bagaimanapun pemerintah harusnya lebih mempertimbangkan nasib mahasiswa," kata Zul.
Dalam diskusi itu, salah seorang mahasiswa ITM, Agung Pandiangan mengatakan, apa yang terjadi atas ITM saat ini, adalah hasil dari rentetan panjang. Dikatakan Agung, mahasiswa juga pernah menggelar aksi meminta ITM ditutup. Memang kata Agung, tuntutan itu sebagai sikap ekspresif spontan karena pihak yayasan yang berkonflik tidak mau juga berdamai.
"Sekarang ITM sudah tutup, saya kira fokus utama saat ini adalah menyelamatkan mahasiswa dan mendesak yayasan agar proses pemindahan mereka difasilitasi. Peran alumni juga penting di sini," kata Agung.
Salah seorang mahasiswa lainnya Tona Marpaung mengatakan, ia tetap berharap ITM bisa diselamatkan. Pasalnya, proses kepindahan mahasiswa akan memakan waktu. Tentunya kampus yang akan dimasuki memiliki prosedur tersendiri, baik yang berkaitan dengan validasi maupun konversi nilai.
"Ini bukan soal romantisme almamater, tapi soal efesien. Mahasiswa yang mau tamat, jika pindah tentu memakan waktu lagi," katanya.