Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Sleman. Bencana banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia saat memasuki bulan November 2021. Pakar hidrologi hutan dan pengelolaan daerah aliran sungai dan ekosistem UGM Dr Hatma Suryatmojo mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir di Indonesia, di antaranya deforestasi.
"Faktor hidrologis disebabkan oleh adanya perubahan kondisi hidrologis suatu wilayah akibat perubahan iklim, anomali cuaca seperti hujan dengan intensitas tinggi, badai dan siklon tropis, hujan monsoon, gelombang pasang hingga jebolnya tanggul atau dam," kata Hatma dalam keterangannya, Selasa (9/11/2021).
"Sedangkan faktor aktivitas manusia, akibat adanya kebutuhan manusia untuk melakukan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam, termasuk sumber daya hutan," lanjutnya.
Menurutnya, deforestasi turut menyumbang dan menjadi salah satu faktor pemicu kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
"Beberapa kegiatan tentu menjadi pemicu, seperti pembukaan lahan hutan, perubahan fungsi lahan, deforestasi, perkembangan urbanisasi dan penyempitan tubuh air (sungai) akibat kebutuhan permukiman," sebutnya.
Meski begitu, disebutnya, ada banyak faktor fisik alami yang dapat berpotensi menjadi pemicu kejadian bencana hidrometeorologi. Seperti faktor topografi dengan kemiringan lereng yang tinggi dan curah hujan ekstrem yang biasanya lebih dari 100 milimeter.
Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas deforestasi Indonesia pada periode 2019-2020 mengalami penurunan sampai 75 persen, atau sebesar 115,5 ribu hektare, dibandingkan periode 2018-2019 yang mencapai 462,5 ribu hektare.
Angka ini meningkat bila dibandingkan periode 2017-2018 yang mencapai sebesar 439,4 ribu hektare sedangkan pada tahun 2016-2017 angkanya mencapai 480 ribu hektare. Pada periode 2015-2016, menjadi tahun yang memiliki angka deforestasi tertinggi dalam enam tahun terakhir, yaitu sebesar 629,2 ribu hektare.
"Artinya secara total, dalam kurun waktu 6 tahun, angka deforestasi mencapai 2,1 juta hektare. Meski begitu cukup wajar juga bila ada pernyataan laju deforestasi mengalami penurunan, namun kejadian bencana hidrometeorologi masih tinggi," urai dosen Fakultas Kehutanan itu.
"Hal ini mengindikasikan banjir dan tanah longsor bisa dipengaruhi oleh faktor lain, terutama pada perubahan pola penutupan dan pemanfaatan lahan yang mengganggu atau merubah fungsi dari kawasan tersebut," sambungnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah perlu memberikan perhatian secara khusus terhadap perubahan daerah hulu, daerah aliran sungai (DAS) yang memiliki peran penting sebagai fungsi lindung yang dibantu oleh peran hidrologi dari kawasan bervegetasi. Termasuk juga memberikan edukasi kepada masyarakat terhadap fungsi DAS.
"Memang sangat perlu mengedukasi seluruh lapisan masyarakat tentang peran penting DAS sebagai sistem penyangga kehidupan yang akan mendukung terwujudnya pembangunan berkelanjutan menjadi hal penting yang perlu dikuatkan dalam seluruh lini pendidikan," pungkasnya.(dtc)