Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BICARA soal sepakbola Indonesia memang tidak ada habisnya. Sepakbola telah menjadi olahraga paling digemari di bumi pertiwi ini. Tidak sedikit penggemar sepakbola tanah air yang rela menghabiskan uang ratusan hingga jutaan hanya untuk sekadar tim kesayangannya di stadion. Tapi siapa sangka di negara yang fanatik dengan sepakbolanya, terbaru, Indonesia melalui Timnasnya saat ini hanya mampu bertengger di posisi 166 FIFA dengan poin 981,18.
Lantas apa masalahnya? Sejatinya tim nasional sepakbola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sudah serius membenahi permasalahan-permasalahan yang terjadi. Akan tetapi awan hitam persepakbolaan kembali hadir sejak Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dibekukan FIFA pada Mei 2015 silam. Hal ini diberikan FIFA usai permasalahan yang tak kunjung terselesaikan antara PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga saat itu.
Singkat cerita, pada tahun 2016 pembekuan PSSI pun dicabut. Beberapa persiapan dan agenda besar sudah dipersiapkan demi menyongsong kemajuan sepakbola Indonesia. Benar saja, awal yang baik setelah dibekukan. Pada ajang AFF Suzuki Cup tahun 2016, asuhan mendiang coach Alfred Riedl berhasil memberikan semangat awal dengan menjadi runner-up di ajang dua tahunan tersebut.
Sejak saat itu, timnas Indonesia pun banyak mendapatkan pujian publik karena berhasil memberikan hasil positif meski harus berstatus runner-up. Setidaknya status itu didapatkan dengan cara yang tidak mudah. Federasi yang baru saja selesai dicabut pembekuannya dan pemilihan pemain yang hanya terbatas dari klub mewarnai persiapan timnas kala itu.
Pasca 2016, PSSI kembali berhasil memukau publik dengan memberikan kejutan siapa pelatih timnas Indonesia saat itu. Tidak tanggung-tanggung, pada Januari 2017 PSSI resmi menggaet mantan pelatih spanyol U-23 yang saat itu juga menjadi juara dunia, yakni Luis Milla Aspas. Coach Milla tak perlu waktu lama beradaptasi dengan timnas Indonesia. Filosofi khas sepakbola Spanyol pun banyak ia terapkan pada skuad garuda. Target tinggi pun ia dapatkan pada beberapa turnamen kedepan saat ia menjabat pelatih di timnas. Kualifikasi Piala Asia U-23, Sea Games 2017 hingga Asian Games 2018 pun telah menanti dirinya untuk membawa skuad garuda yang lebih baik.
Usaha PSSI dalam pengembangan timnas tak berhenti pada pemilihan pelatih saja, saat itu PSSI melalui Luis Milla pun kerap mengadakan coaching clinic pada pemain-pemain usia muda, hal ini menurut penulis adalah langkah yang baik. Karena investasi timnas yang paling besar adalah di pembinaan pemain-pemain mudanya. Apalagi saat itu, PSSI sudah mulai mencanangkan setiap klub harus memiliki klub di level usia untuk dikompetisikan.
Puncaknya pada pagelaran Asian Games, Timnas Indonesia berhasil menyajikan permainan yang saat indah dilihat. Meski berhadapan dengan tim yang terbilang kuat di Asia, skuad garuda muda yang saat itu diisi beberapa pemain senior berhasil menuntaskan fase grup. Skuad asuhan Luis Milla saat itu pun menurut saya menunjukkan beberapa kelebihan dan perkembangan yang pesat. Mulai dari skil individu, kerjasama tim, pemerataan kualitas pemain dan stamina berubah signifikan kala itu.
Sayangnya, skuad garuda harus mengakui realita kalah dari Uni Emirat Arab pada babak 16 besar Asian Games 2018 cabang olahraga sepakbola. Berakhir dengan skor 2-2 dan kalah di adu penalti, tidak membuat publik kecewa saat itu. Alih-alih mendapat hinaan, timnas skuad asuhan Milla kala itu banyak mendapatkan pujian. Bagaimana tidak, skuad garuda sudah bersusah payah mengalah Uni Emirat Arab yang mana saat itu sebenarnya UEA juga kesulitan membobol gawang timnas garuda dan hanya berhasil mencetak gol dari titik putih.
Akan tetapi setelah itu, sempat ada problem yang tidak diketahui terjadi antara PSSI dan Luis Milla. Kontrak Luis Milla yang tidak mendapati kejelasan menuai pro dan kontra dari publik. Sebelum pada akhirnya Luis Milla pun tidak lagi melatih Timnas Indonesia. Menurut saya hal ini sangat disayangkan. Tidak menyalahkan PSSI atau pun Luis Milla, di luar hal itu hal ini tentu dapat mengalami penurunan dari segi kualitas timnas.
Bagi penulis tidak ada hal yang instan, tidak terkecuali dalam kemajuan sepakbola Indonesia. Keberhasilan sebuah timnas tidak bisa diukur langsung melalui jumlah trofi. Belum lagi filosofi yang terus berubah dari pelatih ke pelatih lainnya akan berdampak pada skuad garuda. Tidak mudah dalam proses pergantian pelatih.
Benar saja, timnas Indonesia seperti kehilangan arah pada AFF 2018 setelah kepergian Milla. Skuad garuda yang saat itu di bawah asuhan Bima Sakti harus menerima kenyataan untuk lolos dari fase grup. Indonesia hanya lebih baik dari Timor Leste di klasemen grup. Timnas bertengger di posisi ketiga dari lima negara kontestan.
Singkat cerita, PSSI tampaknya kembali menunjukkan keseriusannya dalam kemajuan timnas Indonesia. Kembali pelatih kelas dunia dikontrak untuk menahkodai skuad timnas. Kali ini asal Korea Selatan. Shin Tae Yong berhasil didapatkan PSSI. Pelatih yang pernah menjadi pelatih Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 ini digadang-gadang akan bisa membawa kemajuan timnas karena filosofi sepakbola asia yang baik.
Hingga saat ini memang Shin belum memberikan trofi apapun untuk timnas. Akan tetapi secara kasat mata sangat terlihat progres baik di timnas. Stamina menjadi pokok utama Shin di timnas. Bahkan kerap Shin tidak memanggil nama-nama hebat karena beralasan pemain tersebut tidak sesuai dengan gaya main dan stamina yang kurang.
Kemajuan sepakbola Indonesia saya rasa sudah mulai meningkat saat ini. Apalagi dengan banyaknya pemain muda yang bermain di liga luar negeri dapat menambah percepatan progress timnas agar lebih baik. Diharapkan pergantian pelatih tidak terjadi dalam waktu dekat. Karena kembali faktanya tidak ada yang instan di dunia ini tidak terkecuali dalam hal pembinaan sepakbola.
Dengan kekonsistenan federasi, pembinaan yang baik, meningkatnya minat pemain bermain ke luar negeri dan supporter yang cerdas, bukan tidak mungkin timnas Indonesia akan menemukan kejayaannya 5-10 kedepan. Kesabaran dan kerja sama adalah intinya.
====
Penulis Mahasiswa FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Pimpinan Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Teropong UMSU.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]