Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
STUDI Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi di Sumatera Utara (Sumut) pada 2022 masih dalam rentang sasaran nasional yang sebesar 3 persen plus minus satu persen atau 2-4 persen. Prediksi inflasi di 2022 hampir sama dengan estimasi untuk di tahun lalu.
Secara rasional tekanan inflasi didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan pemulihan ekonomi yang didukung pencapaian program vaksinasi yang cukup bagus. Adanya pengurangan sejumlah insentif/diskon tarif pemerintah, dan masih berlanjutnya bantuan sosial pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, adanya perbaikan kondisi lapangan kerja, kenaikan cukai rokok, kenaikan harga elpiji non-subsidi, dan potensi pengurangan insentif tarif listrik pada 2022.
Dalam analisa lebih jauh, faktor inflasi didorong meningkatnya harga tiket angkutan udara sebagai dampak pelonggaran mobilitas dan meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan wisata. Pada kondisi ini, penyaluran insentif fiskal juga berpotensi mendorong kenaikan permintaan masyarakat. Kuatnya faktor penahan inflasi, yaitu harga komoditas volatile foodyang relatif terkendali jika dibandingkan pada tahun sebelumnya karena adanya peningkatan produksi pangan utama dan hortikultura.Kemudian semakin pulihnya rantai pasokan seiring pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) nasional setidaknya menjadi dasar rasional untuk melihat prospek pertumbuhan ekonomi ke depan.
Faktor Inflasi
Dalam kajian BI, inflasi akan dengan mudah dikendalikan bila pertumbuhan ekonomi nasional dapat meningkat 2022 dalam kisaran 4,7-5,5 persen . (Bank Indonesia, 2021). Data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BPS RI Provinsi Sumut) terjadinya inflasi karena adanya kenaikan harga tujuh kelompok pengeluaran. kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,90 persen, kemudian kelompok transportasi sebesar 0,52 persen. (BPS RI Provinsi Sumut, 2022).
Untuk kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya mengalami kenaikan sebesar 1,02 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran naik sebesar 0,42 persen. Lalu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya naik sebesar 0,74 persen. Gabungan lima kota itu menyebabkan Sumatera Utara mengalami inflasi 1,03 persen pada Januari 2022 lalu. Untuk Kota Medan, terjadi peningkatan IHK dari 105,92 pada Desember 2021 menjadi 107,02 pada Januari 2022.
Pada ranah yang lain, terdapat kelompok yang justru mengalami penurunan harga seperti halnya pada kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,12 persen. Sedangkan dua kelompok pengeluaran lainnya tak mengalami perubahan indeks. Yaitu kelompok kesehatan, kelompok pendidikan. (BPS RI Provinsi Sumut, 2022).
Terdapat beberapa komoditas utama penyumbang inflasi selama Januari 2022 di Kota Medan. Kenaikan ini penting mrngingat besarnya kontribusi Medan terhadap inflasi Sumut. Adapun komoditas penyumbang infladi di Medan antara lain, daging ayam ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, tomat, minyak goreng, ikan tongkol atau ikan ambu-ambu, dan angkutan udara. .
Berkaca raihan gerak ekonomi tersebut, perekonomian Sumatera Utara akan meningkat secara gradual seiring berlangsungnya program vaksinasi dan tercapainya target herd immunity. Dari sisi eksternal, perbaikan ekonomi dunia mendorong volume perdagangan yang diiringi dengan masih tingginya harga komoditas.
Investasi infrastruktur strategis nasional semakin mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut Konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat karena aktivitas yang kembali normal mendorong optimalisasi belanja operasi dan belanja modal. Dari sisi domestik, inflasi akan tetap terkendali didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah.
Solusi Rasional
Proses inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barangbarang seeara terus menerus (Nopirin 1987 : 25 inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik, secara umum dan terus menerus (Boediono 1984 : 155). Barang yang mengalami kenaikan tidak hanya pada satu atau dua macam barang saja, akan tetapi pada berbagai macam barang.
Kenaikan harga-harga itu terjadi secara terus menerus selama periode tertentu. Dengan demikian, kenaikan terjadi hanya sekali saja bukan merupakan inflasi, walaupun persentase kenaikannya cukup besar.
Kenaikan harga-harga secara musiman, misalnya menjelang lebaran, natal dan tahun baru yang terjadi pada saat itu saja, serta tidak punya pengaruh lanjutan tidak bisa disebut sebagai inflasi. Kenaikan harga semacam itu tidak dianggap suatu masalah yang harus dipecahkan. Selama masa inflasi, kenaikan harga tidak harus dalam nilai yang sama, dan mungkin terjadi kenaikan yang tidak bersamaan.
BACA JUGA: Pembenahan Tata Kelola Industri Minyak Goreng Indonesia
Inflasi dapat terjadi pada distribusi pendapatan (equity effect), alokasi faktor produksi (efficiency effect) dan produk nasional (output effect) (Nopirin, 1987 : 32) Dampak inflasi terhadap distribusi pendapatan, dalam hal ini masyarakat yang dirugikan, tetapi ada yang diuntungkan. Kelompok masyarakat yang dirugikan adalah mereka yang memperoleh pendapatan tetap.
Dampak inflasi terhadap alokasi produksi efisiensi mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Kenaikan permintaan berbagai macam barang akan mendorong terjadinya perubahan produksi beberapa barang tertentu. Adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang yang lain, sehingga mendorong kenaikan produksi barang tersebut.
Kenaikan produksi barang ini, menyebabkan pola alokasi faktor produksi berubah, Memang tak ada jaminan alokasi faktor produksi itu lebih efisien dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien. Efek efisiensi terhadap output, inflasi dapat menyebabkan penurunan produksi.
Dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik, Kenaikan keuntungan ini mendorong para pengusaha untuk menaikkan jumlah produksi. Akan tetapi pada tingkat inflasi tinggi (hyperinflation) dapat terjadi sebaliknya, yaitu penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai riil turun drastis, masyarakat cenderung tak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti turunnya produksi barang
Inflasi dapat dibarengi dengan kenaikan output, tetapi dibarengi penurunan output. Intensitas inflasi ini berbeda-beda, tergantung inflasi dibarengi dengan kenaikan produksi dan penggunaan tenaga kerja atau tidak. Apabila produksi barang ikut naik, kenaikan produksi ini sedikit banyak dapat mengerem laju inflasi.
Secara taktis, dalam pengendalian inflasi di Sumut Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sangatlah mengharapkan jika seluruh kabupaten/kota untuk memprioritaskan komoditas pangan strategis dalam mengatasi inflasi yang terjadi di Sumut. Ke depan, Sumut diharapkan dapat menjadi provinsi yang produktif dalam menyelesaikan persoalan pangan.
Secara rasional proyeksi menjaga kestabilan komoditas pangan memang masuk akal, karena berdasarkan data BPS RI Provinsi Sumut, beberapa komoditi yang surplus yakni beras sebanyak 813.020 ton, cabai merah 20.425 ton, cabai rawit 11.394 ton. Sedangkan komoditas penyumbang defisit yakni komoditas bawang merah defisit sebanyak 25.686 ton dan bawang putih 25.324 ton.
Dari seluruh kabupaten/kota di Sumut, Kota Sibolga termasuk seluruh produksi dan kebutuhan pangan strategisnya 100% defisit, Kabupaten Labuhanbatu Selatan hanya dapat menyumbangkan surplus beras 8%, cabai merah 7%, cabai rawit 13%, bawang merah 1% serta defisit 100% komoditi bawang putih. (BPS RI Provinsi Sumut, 2022)
Disinilah Provinsi Sumut harus dapat menata secara baik segala sisi kesinambungan produksi/pasokan, seperti perencanaan tanam/produksi yang lebih dipengaruhi dinamika harga, belum optimalnya mitigasi terhadap dampak kondisi cuaca terhadap produksi, serta kendala kepastian bagi terserapnya hasil produksi petani dengan harga wajar. Karakteristik bahan pangan yang mudah rusak juga memengaruhi dinamika pasokan dari sisi distribusi.
Sumut telah melakukan pengendalian inflasi melalui kebijakan 4K, yakni Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif. Pertama, pada Ketersedian dimana harus selalu melakukan monitoring pasokan. Kedua, pemerintah harus dapat memastikan adanya kelancaran distribusi peningkatan efektivitas kerja sama antar daerah.
Secara utuh dalam menjaga kestabilan komoditas, pemerintah daerah harus dapat membangun hubungan yang solid antara sisi produksi dan distribusi melalui agregator pertanian yang terhubung dengan e-commerce untuk memastikan kepastian serapan pasar terhadap hasil produksi petani. Pemanfaatan e-commerce di sisi distribusi diharapkan dapat sekaligus mengatasi permasalahan K3 (tantangan distribusi).
Selanjutnya, peningkatan produktivitas dengan implementasi Internet of Things (IoT) di sisi produksi dapat dilakukan untuk meng-address permasalahan K2 (ketersediaan pasokan) dengan memperkuat model bisnis agregator dan produsen optimalisasi dukungan input produksi terhadap produsen.
Melalui pengendalian inflasi melaui pengembangan penguatan klaster pangan dan pengembangan digitalisasi pada sisi hilir yang menghubungkan sisi produsen (petani) maka hal ini akan memberi dampak langsung kepada konsumen-konsumen baik melalui sinergi UMKM atau pemanfaatan e-commerce.
Upaya ini akan mendorong kesejahteraan petani dengan menerima penghasilan yang lebih besar dan harga di tingkat konsumen lebih efisien dan ekonomis dengan rantai distribusi yang lebih praktis.
====
Penulis Analis Ekonomi Nasional dan Eksekutif Jaringan Studi Indonesia
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]