Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Serdang Bedagai. Aksi teror kembali dialami oleh nek Katinem, perempuan janda berusia 62 tahun, warga Dusun 1, Desa Simpang Empat, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatra Utara, yang berprofesi sebagai pedagang pisang dan kue di Pekan Lelo Sei Rampah.
Kejadian dialami sang nenek saat dia akan berjualan seperti biasa, Minggu, 6 Februari 2022. Ketika hendak berangkat berjualan ke Pekan Lelo dengan bersepeda, di tengah perkebunan rambung estate dirinya dihadang 3 pria berhelm dan bermasker, yang kemudian ban sepedanya dikempesi.
Peristiwa itu diungkap pengelola Pekan Lelo, Misdaini Harahap kepada wartawan, Selasa (8/2/2022).
Beberapa wartawan pun kemudian mendatangi kediaman Nek Katinem. Ia menjelaskan, ketika ia dihadang oleh 3 OTK yang mengendarai dua sepeda motor menegurnya, karena dikira mau beli pisang, korban pun turun dari sepedanya
Kemudian satu orang yang tidak berboncengan turun dari sepeda motor dan bertanya mau jualan ke mana. Tanpa curiga, nek Katinem menjawab jualan ke Pasar Lelo. “Lelo tutup,” kata pelaku sebagaimana ditirukan nek Katinem.
Sesaat itu pula satu dari dua orang yang berboncengan langsung turun dan mengempesi ban sepeda bagian depan dan belakang milik nek Katinem dan kemudian pergi meninggalkan korban begitu saja.
Tanpa daya, korban pun memilih pulang menuntun sepedanya meski harus menanggung kerugian karena barang jualanya senilai Rp 300.000 tidak jadi dijual.
”Aku takutlah karena mereka lanang- lanang ( laki laki –red ) semua”, tutur nek Katinem dengan logat Jawa yang kental.
Masih menurut nek Katinem, sebelumnya, pada 29 Januari 2022, ada 3 orang tidak dikenal juga mendatangi rumahnya menyampaikan pesan bahwa Misdaini Harahap selaku pemilik tanah Pekan Lelo melarangnya untuk berjualan. Namun hal ini tidak dipercayai, karena sebelumnya saat berjualan, Misdaini tidak pernah melarangnya. Sehingga pada esok harinya, Minggu tanggal 30 Januari 2022, nek Katinem tetap berjualan seperti biasa.
"Ya kayak biasa aja Pak, kuambil bangku dan jualan, ibu itu ( Misdaini Harahap maksudnya ) tidak ada ngomong apa apa kok,” Kata nek Katinem di depan rumahnya.
Kini nek Katinem masih trauma atas peristiwa tersebut. Namun dia tetap harus (keukeuh) berjualan demi menghidupi dirinya dan juga cucunya.
Nek Katinem berharap ada pihak yang mendampinginya, saat nanti ia hendak berangkat berjualan, agar kejadian serupa tidak terulang, ujarnya bermohon perlindungan.
Nek Katinem adalah satu dari sekian pedagang Pekan Lelo yang tidak mau direlokasi ke Pasar Sei Rampah. Mereka lebih memilih jualan di Pekan Lelo karena merasa lebih nyaman berjualan di pasar yang buka setiap hari Minggu itu.
Beberapa waktu lalu, seorang laki laki dan seorang perempuan yang menurut nek Katinem merupakan perwakilan dari pedagang Pasar Sei Rampah juga pernah mendatangi dan mengajaknya untuk pindah dari Pekan Lelo, namun ajakan itu ditolaknya.
Pasar Sei Rampah disediakan Pemkab Serdang Bedagai. Pekan Lelo dianggap melanggar Perda dan tidak memiliki izin. Selain itu, relokasi ini menurut pihak Pemkab Serdang Bedagai sebagai bentuk penataan Kecamatan Sei Rampah sebagai ibu kota Kabupaten Serdang Bedagai.
Meski mendapat penolakan dari sebagian besar pedagang Pekan Lelo, namun upaya Pemkab Serdang Bedagai untuk merelokasi pedagang Pekan Lelo tetap terus dilakukan.
Bahkan beberapa kali pedagang dan Satpol PP terlibat bentrok. Pada 10 Januari 2022, Satpol PP Serdang Bedagai menghancurkan lapak pedagang yang tetap ngotot tidak mau pindah dari Pekan Lelo.
Para pedagang tetap ngotot tidak mau direlokasi, karena status tanah Pekan Lelo dan Pasar Sei Rampah sama sama tanah milk pribadi.