Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
DAIRI kota kecil yang kini masyarakatnya telah beragam. Penganut kelima jenis agama yang diakui ada. Bermacam suku asli nusantara hingga eknis penduduk Indonesia keturunan Tionghoa juga berbaur menyongsong menyusuri jalan hidup dan hari hari yang masih Tuhan beri.
Dalam tegukan rasa pahit tetap ada nikmat yang membuat candu. Demikian juga sisi seluk kehidupan yang harus diperjuangkan setiap orang penduduk yang bermukim di Dairi dalam menjalani keseharian hidup. Kopi robusta Sidikalang masih menjadi varian favorit.
Kebiasaan ngopi sudah belasan tahun kutekuni, bahkan sejak anak-anak, meski tidak seleluasa kini setelah dewasa. Harus diakui kopi Sidikalang kini tidak lagi senikmat dulu, apalagi kopi yang diolah sendiri ini juga dipetik tidak dengan aturan dan cara yang dianjurkan, hanya tersisa dari pokok kopi yang sudah tua dari kebun yang kian hari kian sedikit tersisa.
Kopi ku robusta dari Siempat Nempu tepatnya. Di era dunia yang sedang demam kopi ini, kejayaan kopi Sidikalang yang adalah salah satu produk kopi favorit dengan memiliki ciri khas tersendiri ini tidak terlihat lagi. Kita tidak mewarisi jejak kejayaan kopi Sidikalang yang justru terkenal dan diandalkan jauh sebelum kebiasaan minum kopi menjadi sefamiliar sekarang ini.
Di era ini mengonsumsi kopi sudah membudaya, bahkan istilah yang dipakai di tiap even, rapat maupun pertemuan resmi waktu jeda sudah dinamakan kopi break, sekalipun yang disajikan bukan kopi. Di lihat di beberapa jurnal penelitian atau melalui internet kini kuantitas konsumsi kopi dunia kian meningkat, bahkan permintaan pasar secara global belum mampu dipenuhi oleh produsen kopi yang ada.
Namun anehnya produksi kopi Sidikalang, Kabupaten Dairi justru menurun dan tidak bertumbuh. Terkhusus lagi varian robusta.
Dairi memang masih menghasilkan kopi. Bahkan kini varian yang dibudidayakan bukan hanya robusta, melainkan juga arabika, namun masih sangat sedikit secara kuantitas dan kualitas mengingat potensi kita yang besar.
Pasar permintaan kopi yang meningkat pesat dengan dukungan akses pemasaran digitalisasi tidak berdampak positif di Dairi sebagai legenda penghasil salah satu kopi terbaik yang mendunia. Justru di peluang permintaan yang besar ini, komoditi kopi di Dairi malah cenderung ditinggalkan. Kebun kopi yang ada dan masih produktif ditebang ditanami komoditi lain yang sebenarnya bukan karakter yang sesuai dengan topografi pertanian kita.
Memang, saat ini ada beberapa penggiat kopi yang masih bertahan, seperti kelompok Masspigas, Simbolon Kopi, BUMDES desa Bangun dan lainnya yang digerakkan oleh swasta maupun secara individual. Produksi pertanian kopi Dairi belum cukup kuat untuk naik ke permukaan sebagai pemasok utama di tengah permintaan pasar yang kian meningkat.
Di masa lalu Dairi adalah kota kopi. Dari bertani kopi mampu memberangkatkan anak-anak sekolah hingga sarjana. Dulu mengapa komoditi kopi yang utama di Dairi? Muncul pertanyaan demikian. Dan jawabannya, pertanian yang maksimal dan produktif tidak lepas dari faktor rujukan kondisi alam, secara geografis, iklim suhu dan sebagainya. Sehingga kopi ialah komoditi terbaik untuk dikembangkan mengikuti alam alamiah Dairi.
Pertanian modern dengan modifikasi yang memungkinkan segala tanaman berhasil tumbuh menghasilkan di semua daerah dan kondisi menjadi bumerang di satu sisi. Jika itu menjadi rujukan utama dalam menentukan komoditi yang harus dikembangkan di suatu daerah. Karena alam sudah mengajarkan kita akan potensi terbaik yang direstui menjadikan suatu komoditi tertentu untuk diutamakan.
Beberapa waktu lalu dinas pertanian melalui kelompok tani binaan telah berhasil melakukan panen bersama komoditi bawang merah di beberapa kecamatan di Dairi. Sukseskah? Iya berhasil, tetapi apakah maksimal? Tentu tidak, Dairi tidak akan lebih baik daripada Samosir atau beberapa wilayah lain seperti di Sumatra Barat yang memang cocok untuk budidaya bawang.
Hal itu juga telah kita rasakan ketika pertanian jeruk sangat digebukan beberapa tahun lalu di pertanian Dairi yang mencoba mencontoh Tanah Karo sebagai penghasil jeruk. Bagaimana hasilnya? Seperti yang kita semua tahu tidak maksimal bukan?
Sejak terpilihnya Humbang Hasundutan menjadi area foodastate dengan salah satu komoditi utamanya tanaman bawang yang kini ternyata hasilnya kurang maksimal, Dairi juga ingin menjadi bagian dari lumbung pangan itu dan berharap mendapat eksistensi. Cita cita yang mulia, namun terkait komoditi yang perlu diusung, difokuskan, dimaksimalkan, ingat bahwa Dairi adalah kota penghasil kopi dimana alamlah yang menempahnya demikian.
Mayoritas penduduk Dairi ialah petani. Jika ingin memajukan ekonomi Dairi, maka sektor yang harus gigih didukung adalah sektor pertanian. Berapa persenkah petani Dairi dengan ekonomi menengah ke atas? Maka itulah gambaran kondisi perekonomian masyarakat Dairi umumnya.
Permasalahan yang komplit sedang terjadi, ketersediaan pupuk kurang memadai, pemahaman petani yang juga kurang ahli, jaminan harga yang tidak terjaga dan faktor lainnya.
Dairi kehilangan jati diri dan identitas pertaniannya. Karena kopilah yang sebenarnya menjadi potensi utama Dairi. Saat ini, produksi kopi Dairi masih berjalan meskipun belum cukup mendapat dorongan dan perhatian yang besar dari kita, terlebih Dinas Pertanian yang menangani sektor itu. Dimana produksi kopi oleh petani masih mengadopsi sistem cara tradisional, kurangnya sosialisasi dan bimbingan budidaya kopi secara profesional dari awal hingga akhir perlakuan pasca panen.
Sedangkan dalam siklus kopi memiliki banyak tahap, mulai dari pemilihan benih, penyemaian, pemindahan ke polibag, pindah tanam, kondisi lahan, jarak tanam, perawatan pemangkasan pohon muda dan pohon tua, nutrisi pemupukan dan kompos, penanganan hama, tanaman pelindung, proses pemanenan dan pengolahan pasca panen. Untuk mencapai hasil optimal, butuh maksimal perlakuan setiap tahap tadi dikerjakan secara "sempurna".
Progres pasar kopi kedepannya masih sangat menjanjikan, tidak terkecuali untuk kopi Sidikalang yang sudah memiliki nama dan tempat di hati pecinta kopi skala nasional maupun ekspor. Selanjutnya bagaimana memanfaatkan peluang dan potensi ini untuk membangkitkan ekonomi masyarakat Dairi melalui pertanian kopi.
Digitalisasi dan segala perkembangan teknologi sangat penting, namun secara kongkret terealisisi belum menjawab permasalahan di lapangan yang tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Adalah kebiasaan era ini berhasil di atas kertas, namun tidak selaras dengan situasi lapangan.
Hal itu memang berlaku di segala sektor apa saja. Digitalisasi tentu sangat membantu dalam tahap proses pemasaran yang lebih terbuka mempertemukan antara produsen dengan konsumen tanpa regulasi perantara yang berliku, sehingga kos biaya bisa berkurang yang berdampak pada nilai jual ke petani bisa naik.
Namun digitalisasi hanyalah kendaraan tercepat dan efisien untuk menghatarkan suatu produk barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Maka di samping membicarakan tentang pemanfaatan teknologi untuk pemasaran, kualitas dan kuantitas produk barang dan jasa yang hendak kita jual juga tidak boleh luput dari perhatian utama. Seperti halnya telah diuraikan di atas ada banyak tahap siklus komplit budidaya kopi dari pemilik benih kopi hingga pemasaran di tingkat hasil olahan bukan lagi bahan baku harus mendapat perhatian serius tanpa celah.
Penyuluh yang ahli dan pengalaman di bidang kopi sangat sentral dalam mewujudkan Dairi produsen kopi terbaik yang tentu selaras dengan bangkitnya ekonomi petani Dairi.
Dairi saat ini memiliki industri produksi kopi melalui BUMDES, UMKM yang layak untuk disokong dalam menembus pasar nasional hingga ekspor. Perlu adanya lisensi yang menaungi brand produk yang mengatasnamakan kopi Sidikalang dengan dibuktikannya terdata sebagai bagian dari keanggotaan penggiat produk kopi Sidikalang.
Hal itu perlu dikarenakan adanya produk di pasaran yang mengatasnamakan kopi Sidikalang dengan mutu yang kurang memadai, sehingga berdampak pada nilai beli kopi Sidikalang itu sendiri. Adapun yang lebih kompeten menangani untuk itu tentu Pemerintah daerah Dairi sendiri.
Untuk menembus pasar yang lebih besar perlu pengerucutan komoditi untuk diunggulkan. Langka ini sebagai fokus suatu daerah agar memenuhi syarat kuantitas dan kualitas, yang keputusannya diambil dengan pertimbangan dukungan alam yang sesuai dengan karakter wilayah tersebut.
Pertanian adalah sumber mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Dairi. Sehingga keberhasilan suatu produk komoditi tidak boleh diukur dari hasil suatu demplot atau demontration plot yang dapat diartikan sebagai suatu metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan.
Demplot tentu dikerjakan dengan perhatian khusus sehingga berpotensi memberi hasil yang sesuai harapan. Namun apabila varian yang diusung bukan karakter asli yang cocok dan sesuai untuk iklim daerah tersebut, pertanian secara tingkat praktik petani secara umum tidak memungkinkan mendapat hasil maksimal.
Beberapa pertanian di negara maju justru mengalami pergeseran definisi tentang penerapan pemanfaatan teknologi yang memungkinkan pertanian bisa produktif di semua kondisi cuaca dan iklim, dengan mempelajari sistem yang alamiah ada dialam itu sendiri. Contohnya beberapa hutan tertua di dunia tidak mengalami rotasi varian tanaman, namun bisa dipastikan bahwa kesuburannya tidak menurun seperti di lahan pertanian kita. Contoh lainnya mengapa bunga sakura hanya tumbuh maksimal di negeri Jepang? Tentu karena disanalah habitatnya.
Dairi adalah kota kopi. Bukan bawang, jeruk dan atau komoditi lainnya yang habitatnya bukan di tanah Sulang Silima Dairi. Tentu kopi tidak bisa dijadikan komoditi tunggal, namun layak menjadi adalan utama.
Perhatian kita pada pertanian kopi sebagai komuditi utama dan terutama yang harus kita susul ulang dan kembangkan kembali secara profesional adalah salah satu harapan terbesar kita untuk mewujudkan cita-cita mencapai kesejahteraan masyarakat Dairi.
Tingkat kesejahteraan masyakat Dairi secara umum dapat diukur dari survei kondisi ekonomi petani yang merupakan profesi mayoritasnya penduduk. Kesadaran dalam mewujudkan petani Dairi yang mampu melakukan praktik profesional secara komplit pada budidaya kopi yang tepat adalah tantangan sekaligus tanggung jawab bagi pemerintah utamanya, juga pemerhati dan orang orang yang mencintai Dairi.
====
Penulis Alumni FT Unimed/Follontir di Lembaga Maspigas Sidikalang/Petani Muda, Kandidat Peserta yang akan berangkat Magang Jepang Kementerian Pertanian Seleksi Balai Pelatihan Pertanian Jambi.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]