Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
SEBUAH kebiasaan masyarakat kita, saat tibanya yaumil ‘aid baik di hari Lebaran, baik Idulfitri maupun Iduladha, masyarakat menziarahi kuburan orang tua, guru, ulama, keluarga, kerabat, suami dan berbagai lapisan masyarakat lainnya. fenomena ini tentunya mengundang pertanyaan bagaimana hukumnya menziarahi kuburan pada hari Lebaran. Terkadang hanya pada hari itu saja mereka menziarahinya. Apakah ini sesuatu yang di bolehkan dalam pandangan syariat?
Telah disebutkan bahwa Rasulullah tidak hanya memerintahkan ziarah kubur, tapi beliau juga menjelaskan manfaat-manfaat dalam melaksanakan ziarah kubur. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut: “Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati, menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian berkata buruk (pada saat ziarah),” (HR. Hakim).
Perilaku ziarah kubur juga dilakukan oleh Rasulullah. Hal ini Beliau lakukan setelah malaikat Jibril menemui Rasulullah seraya berkata,“Tuhanmu memerintahkanmu agar mendatangi ahli kubur baqi’ agar engkau memintakan ampunan buat mereka” (HR. Muslim).
Dalam pandangan syariat secara umum, menziarahi kuburan merupakan perkara yang disunatkan. Baginda Nabi semasa masih hidup pernah juga menziarahi perkuburan. Ini sebagaimana dijelaskan di dalam shahih Muslim, Siti Aisah juga menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berziarah ke pemakaman Ba’ki sambil berdoa, hadist tersebut berbunyi:
“Rasulullah setiap kali giliran menginap di rumah ‘Aisyah, beliau keluar rumah pada akhir malam menuju ke makam Baqi’ seraya mengucapkan salam: ‘Salam sejahtera atas kalian wahai penghuni kubur dari kalangan kaum mukmin. Segera datang apa yang dijanjikan pada kalian besok. Sungguh, kami Insya Allah akan menyusul kalian. Ya Allah ampunilah penghuni kubur Baqi’ Gharqad,” (HR. Muslim).
Berdasarkan dalil-dalil dalam hadits di atas, tidak dapat disangsikan lagi bahwa ziarah kubur adalah hal yang diperbolehkan bahkan tergolong sebagai hal yang dianjurkan (sunnah). Anjuran melaksanakan ziarah kubur ini bersifat umum, baik menziarahi kuburan orang-orang shalih ataupun menziarahi kuburan orang Islam secara umum. Hal ini seperti ditegaskan oleh Imam Al-Ghazali:
“Ziarah kubur disunnahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat (kematian) dan mengambil pelajaran, dan menziarahi kuburan orang-orang shalih disunnahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapatkan barakah) serta pelajaran,” (Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 4, h. 521).
Membumikan Silaturrahmi
Saat Lebaran tiba mereka yang telah tiada kita menziarahi kuburan tempat peristirahat terakhirnya, baik itu orang tua, guru dan saudara kita lainnya. Begitu juga kita tidak boleh melupakan sosok bernama siaturrahmi dalam merajut hubungan kita yang masih hidup.
Sungguh, momentum Idulfitri sebagai bulan penuh berkah. Kita sebagai umat Islam harus membumikan dan menguatkan ikatan silaturahmi dalam masyarakat. Meskipun masih pandemi Covid-19, namun silaturrahmi tidak boleh mati (berhenti), solusinya ada silaturrahmi virtual (online) sebagai ganti silaturrahmi bertemu dan bertarap wajah (offline). Banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk bersilaturrahmi, di antarnya dalam surat An-Nisa disebutkan:
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS. An Nisaa : 1).
Bahkan dalam ayat lainnya Allah SWT menegaskan ciri orang beriman adalah mereka yang selalu menjaga hubungan dalam wadah silaturrahmi sebagaimana diungkapankan dalam firman Allah Swt, berbunyi: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al Hujuraat : 10).
Jangan sampai sosok yang “cantik”dan “anggun” yang bernama silaturrahmi terlalu cepat menjadi “almarhum” di tengah zaman yang semakin canggih dan berteknologi tinggi. Dengan beralasan canggih informasi semakin hilang dan pudarnya semangat silaturrahmi hingga predikat “almarhum”pun layak disematkan untuk silaturrahim Begitu pula dalam sebuah bermasyarakat, silaturahmi sangat berpengaruh dalam membangun solidaritas dan loyalitas anggotanya, sehingga semakin solid dan memiliki kekuatan besar dalam masyarakat.
Keseluruhannya sebagai efektifitas dari ikatan silaturahmi, maka untuk itu perbanyaklah bersilaturrahmi terlebih di bulan Syawal yang masih dalam suasana Lebaran ini. Ekses dari silaturrahmi ini juga dapat berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang baik di dunia maupun di akhirat kelak nantinya.
Justru seseorang itu tidak masuk surga karena tidak mengindahkan untuk bersilturahmi sebagaimana Rasulullah berkata: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan silaturahmi.” (HR Imam Muslim).
Ancaman lainya disebutkan dalam Alquran berbunyi: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” (QS Muhammad (47): 22-23).
Ancaman lainnya dari Rasulullah Saw terhadap pemutus silaturrahmi dengan sangsi tidak diturunkan rahmat kepada mereka. Hal ini Beliau sebutkan dalam sebuah hadist: “Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga” (HR. Bukhari).
Dalam hadist yang lain Beliau juga menyebutkan: “Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi” (HR Tirmidzi).
Beranjak dari sudah selayak dan sepatutnya kita menghidupkan dan membumikan mengunjungi orang telah tiada (ziarah kubur) dan "menziarahi" orang hidup (silaturrahmi), jangan sampai kedua hal itu terlalu cepat menjadi “almarhum" dalam masyarakat walaupun kecanggihan informasi dan teknologi menjadi batu sandungan dan bumerang dalam mengimplementasikan berlomba untuk bersilaturrahmi.
Hendaknya ziarah kubur dan silaturahmi bukan hanya dijalin pada bulan tertentu saja, baik hari raya maupun lainnya. tetapi juga dalam setiap kesempatan dan waktu terus kita pupuki silaturahmi. Mari kita perbanyak ziarah dan silaturahmi dengan penuh keikhlasan untuk menjemput ridha ilahi dan mendekatkan diri kita, baik secara vertikal dan horizontal dalam pengabdian sebagai hamba-Nya
Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
====
Penulis Dewan Guru di Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Ketua PC Ansor Pijay.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]