Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BERKEMBANG pesatnya teknologi saat ini menjadikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan tanah air. Pasalnya, perkembangan tersebut memunculkan arus globalisasi yang memberi kemudahan bagi berbagai budaya asing yang bias dari nilai-nilai moral bangsa untuk masuk dan mempengaruhi karakter siswa. Sehingga tidak heran jika hampir sebagian besar siswa tidak menunjukkan karakter selayaknya seorang siswa. Lihat saja berbagai kasus kriminalitas yang terjadi, rata-rata pelakunya adalah para siswa. Sungguh ironis memang, namun itulah fakta yang mesti dihadapi bangsa saat ini.
Rendahnya karakter siswa juga diperkuat dengan survei karakter siswa yang dilaksanakan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, yang menyatakan bahwa indeks karakter siswa tahun 2021 sebesar 69,52 mengalami penurunan dua point dari angka indikatif tahun lalu sebesar 71,41. Hal ini semakin membuka mata kita terutama bagi seluruh guru di Indonesia untuk mempertanyakan kembali sudah berhasilkah upaya integrasi pendidikan karakter yang saat ini tengah dijalankan? Atau jangan-jangan hal itu hanya dilaksanakan oleh segelintir guru saja. Sehingga membuat tujuan pendidikan karakter tidak mampu terwujud sampai sekarang.
Untuk itu sebagai seorang guru kita mesti mampu menemukan solusi aplikatif dalam menumbuhkan karakter siswa. Jangan sampai kita hanya diam berpangku tangan tanpa ada usaha sama sekali. Karena hal tersebut akan menyebabkan krisis karakter siswa semakin melebar yang pada akhirnya membuat kualitas lulusan pun tidak sesuai harapan. Mereka yang harusnya menjadi tempat titipan harapan, justru membuat hancur bangsa di masa depan. Untuk itu diperlukan model atau cara terbaik dalam membentuk karakter siswa yang sangat genting untuk diterapkan.
BACA JUGA: Tragedi MTsN 19 Jakarta: Duka Pendidikan di Musim Hujan
Salah satu cara paling efektif dalam menumbuhkan karakter siswa adalah melalui penghayatan kisah inspiratif Rasulullah dan para sahabat. Cara tersebut dapat diwujudkan melalui pembelajaran sirah. Ibnu Mandzur dalam kitab Lisanul Arab menyatakan arti sirah menurut bahasa adalah adat, jalan, perkara, dan tingkah laku. Sementara menurut istilah umum, sirah adalah perincian hidup seseorang atau sejarah hidup seseoang. Dari proses pembelajaran sirah diharapkan karakter siswa dapat terbentuk sesuai dengan kisah yang disampaikan.
Misalnya untuk membentuk karakter pemberani, maka guru dapat menceritakan karakter pemberani atau perwira dari Rasulullah SAW. Seperti yang diceritakan oleh Ali bin Abi Thalib, Beliau mengatakan, “Apabila kami dikepung oleh ketakutan, kami berlindung di balik Rasulullah SAW. Dan tiada seorang pun yang jaraknya paling dekat dengan musuh, kecuali Rasulullah SAW”. Begitu juga jika ingin membentuk karakter Pemaaf, maka guru bisa menceritakan kisah Rasulullah ketika Tsumamah bin Utsal seorang yang berbuat keji kepada para sahabat berhasil ditawan, namun selama proses penawanan beliau diperlakukan dengan baik oleh Rasulullah. Dan berbagai kisah Rasulullah lainnya yang dapat menginspirasi siswa.
Selain sirah Rasulullah, kisah para Sahabat juga dapat dijadikan inspirasi bagi pembentukan karakter siswa. Seperti kisah Bilal Bin Rabbah yang begitu kuat keimanannya, sampai-sampai beliau rela menahan rasa sakit badannya yang ditimpakan batu besar lagi panas.
Begitupun kisah Ammar bin Yasir yang sangat besar pengorbanannya dalam mempertahankan keimanan dalam dirinya. Kemudian jika ingin menanamka karakter kepemimpinan dalam diri siswa, maka guru dapat menceritakan kisah kepemimpinan khulafaur rasyidin. Dan masih banyak lagi kisah para sahabat yang layak dijadikan referensi bagi pembentukan karakter siswa.
Di tengah era disrupsi yang terjadi saat ini, seringkali membuat karakter siswa menjadi tidak menentu. Ini adalah salah satu dari sekian banyak tantangan yang mesti dihadapi oleh pendidikan kita. Pembelajaran Sirah adalah salah satu rekomendasi agar proses pembentukan karakter siswa mudah dilakukan, meskipun tidak banyak sekolah yang menerapkan pembelajaran ini. Namun itu bukan menjadi persoalan, sebab secara perlahan semua sekolah bisa menerapkannya, sehingga secara komprehensif pembentukan karakter siswa dapat dengan serius diterapkan. Semoga!
====
Penulis guru di SMP IT Al Kahfi, Pegiat Literasi di Forum Lingkar Pena Sumbar.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]