Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Demo besar-besar para aktor Hollywood yang tergabung dalam SAG-AFTRA membuat sejumlah produksi film dan serial terhenti.
Salah satu judul besar yang terkena dampak dari demo tersebut adalah Venom 3. Film yang dibintangi oleh Tom Hardy itu awalnya dijadwalkan tayang pada momen Halloween tahun depan, namun sepertinya rencana itu tak akan terwujud.
Pemeran Eddie Brook itu pun mengaku jika dirinya sudah mempersiapkan banyak hal untuk film ketiganya sebagai simbiote dan juga musuh Spider-Man tersebut.
Sayangnya proses syuting terpaksa dihentikan karena demonstrasi yang dilakukan para aktor dan penulis di Hollywood. Mereka menolak untuk menyelesaikan naskah atau pun menggarap naskah sebelum tuntutan tersebut dipenuhi.
Padahal Venom 3 sudah mulai diumumkan sejak April 2022 dengan Kelly Marcel sebagai sutradaranya. Film tersebut pun baru memulai proses syuting pada akhir Juni lalu di Spanyol.
Venom sudah menjadi salah satu film yang cukup sukses meskipun menuai beberapa kritikan. Pencapaian film pertama mereka pada 2018 berhasil meraup keuntungan secara global sebesar 856,1 juta USD.
Sementara film keduanya, Venom: Let There Be Carnage pada 2021 mendapatkan keuntungan lewat pemutaran global sebesar 506,9 juta USD. Hal ini pun membuat pihak Sony Pictures pun tak menolak saat diajukan pembuatan film ketiga dari kisah tersebut.
Setelah ramai protes dari para penulis naskah di Hollywood, kini muncul kembali gerakan serupa. Namun kali ini berasal dari perkumpulan para aktor yang tergabung di SAG-AFTRA atau Screen Actors Guild-American Federation of Television and Radio Artist.
Total ada 160 ribu aktor hingga influencer yang tergabung dalam organisasi tersebut dan kini mereka pun menggelar aksi protes menuntut hal hampir serupa dengan apa yang diinginkan para penulis naskah. Gerakan ini pun menjadi kali kedua di mana para aktor bergabung dengan penulis naskah untuk berdemonstrasi.
Kejadian ini pertama kali terjadi pada 1960 di saat Marilyn Monroe masih menjadi bintang utama dan pujaan di Hollywood dan Ronald Reagan menjadi kepala dari perkumpulan para aktor.
Presiden SAG-AFTRA, Fran Drescher, pun mengatakan cukup terkejut dengan fakta yang menimpa beberapa pekerja yang tergabung dalam organisasinya itu. Ia pun mencibir beberapa studio besar yang ternyata tak memperlakukan pekerjanya dengan adil.
"Aku kaget dengan cara bagaimana orang-orang yang berbisnis dengan kami memperlakukan kita! Betapa jauhnya perbedaan di antara kita. Bagaimana mereka mengaku miskin, mereka kehilangan uang dan hak-haknya setelah memberikan ratusan juta dolar untuk CEO-nya. Ini sungguh menjijikkan. Memalukan sekali!" tuturnya dalam press conference. dtc