Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Port Moresby - Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin menegaskan negaranya tidak berupaya membangun pangkalan militer permanen di wilayah Papua Nugini, di bawah pakta pertahanan yang ditandatangani baru-baru ini.
Penegasan itu disampaikan Austin saat berkunjung ke Port Moresby, setelah mengumumkan pengerahan kapal Penjaga Pantai AS ke Papua Nugini, bulan depan.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (27/7/2023), Papua Nugini dan AS menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada Mei lalu, yang isinya menetapkan kerangka kerja bagi Washington untuk memperbarui pelabuhan-pelabuhan dan bandara di wilayah Papua Nugini untuk penggunaan militer maupun sipil.
Dalam kunjungan pertama sebagai Menhan AS ke Port Moresby, Austin bertemu Perdana Menteri (PM) James Marape untuk membahas upaya-upaya memperdalam hubungan kedua negara. Dia juga mengumumkan pengerahan sebuah kapal Penjaga Pantai AS ke Papua Nugini pada Agustus mendatang.
Pengerahan kapal itu merupakan bagian dari kesepakatan penegakan hukum maritim yang terpisah dengan pakta kerja sama AS-Papua Nugini yang baru.
Saat berbicara dalam konferensi pers di Port Moresby pada Kamis (27/7) waktu setempat, Marape mengatakan bahwa kota Lae, yang merupakan kota terbesar kedua dan pelabuhan kargo utama di Papua Nugini, telah ditetapkan sebagai pangkalan bagi AS untuk penanggulangan bencana.
Dalam konferensi pers yang sama, Austin menegaskan bahwa AS tidak berniat mencari pijakan militer permanen di wilayah Papua Nugini.
"Saya hanya ingin memperjelas, kami tidak mengupayakan pangkalan permanen di PNG (Papua Nugini-red)," tegas Austin.
Teks perjanjian pertahanan kedua negara menyebutkan bahwa dengan persetujuan Papua Nugini, militer AS bisa menempatkan tentara dan kapal militer di enam pelabuhan dan bandara utama, termasuk Pangkalan Laut Lombrum di Pulau Manus dan fasilitas-fasilitas di Port Moresby.
Perjanjian keamanan itu juga menyebut bahwa Washington akan memiliki 'akses tanpa hambatan' ke lokasi-lokasi tersebut di atas, untuk 'menempatkan lebih awal peralatan, pasokan dan materialnya' dan memiliki 'penggunaan eksklusif' untuk beberapa zona di mana pembangunan dan 'kegiatan konstruksi' bisa dilakukan.
Austin, dalam penegasannya, menyatakan bahwa kedua negara sedang memperdalam hubungan pertahanan yang terjalin, dan AS akan memodernisasi kekuatan pertahanan Papua Nugini serta meningkatkan interoperabilitas negara tersebut.
"Tujuan kami adalah memastikan kami memperkuat kemampuan PNG untuk mempertahankan diri dan melindungi kepentingannya," tegasnya kembali.
AS dan sekutu-sekutunya berusaha mencegah negara-negara Kepulauan Pasifik untuk menjalin hubungan keamanan dengan China, yang memicu peningkatan kekhawatiran di tengah ketegangan soal Taiwan, dan setelah Beijing menandatangani pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon.
Penjaga Pantai AS meningkatkan kehadirannya di kawasan itu berdasarkan perjanjian bilateral untuk berpatroli di zona ekonomi eksklusif yang luas di negara kepulauan itu, meskipun Kepulauan Solomon dan Vanuatu memblokir kunjungan pelabuhan oleh kapal-kapal Penjaga Pantai AS.
Menimpali Austin dalam konferensi pers itu, Marape menegaskan bahwa kerja sama pertahanan dengan AS akan membangun kemampuan Papua Nugini, dan 'bukan untuk persiapan perang bersama'.
"AS tidak membutuhkan wilayah PNG sebagai landasan peluncuran. Mereka memiliki pangkalan di Filipina, di Korea, di tempat lainnya, yang lebih dekat ke China," sebutnya. dtc