Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Di bulan September ini, kabar buruk menyelimuti harga karet. Dimana harga karet anjlok di level US$ 135,5 sen/kg. Memburuk dbandingkan dengan kinerja di awal bulan September yang justru sempat menyentuh US$ 145 sen/kg-nya. Meski demikian harga karet tersebut masih lebih tinggi dibandingkan harga di pertengahan Agustus yang sempat menyentuh US$ 125 sen/kg.
"Pelemahan harga karet ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun yang menjadi pemicu utama adalah tren penguatan dolar AS, ditambah dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang memburuk seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan. Pelaku pasar pesimis bahwa ekonomi mampu pulih dalam waktu dekat nanti," kata pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Jumat (29/9/2023).
Gunawan mengatakan, karena tren suku bunga acuan masih akan bertahan tinggi dan bahkan diproyeksikan akan kembali mengalami kenaikan, maka proses pemulihan ekonomi di banyak negara masih akan tertunda. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah suku bunga acuan akan naik, seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia yang mendorong terciptanya laju tekanan inflasi.
Ditambahkan Gunawan, garga karet sangat dipengaruhi prospek yang belum jelas bagaimana nantinya pertumbuhan ekonomi global akan pulih. Disisi lain, ekonomi Cina juga masih tumbuh melambat belakangan ini. Bahkan tingkat inflasi di Cina sempat berada dikisaran level 0%, yang menjadi pertanda bahwa daya beli maupun pemulihan ekonomi di Cina belum bisa diharapkan jadi motor pemulihan konsumsi karet.
Sementara itu, pasokan karet di tanah air maupun di negara penghasil karet lainnya diperkirakan masih akan stagnan. Sehingga pasokan yang cukup stabil namun tidak diikuti dengan membaiknya demand, justru sangat berpeluang menjadi beban bagi harga karet untuk naik.
Ditambah dengan kondisi geo politik yang tidak menentu. Maka harga karet juga masih belum pasti akan bergerak ke arah mana nantinya. Namun sejauh ini perlambatan ekonomi atau bahkan sejumlah negara konsumen karet terbesar ekonominy ajustru diproyeksikan memasuki resesi di tahun depan.
"Namun harga karet di tanah air bisa saja tidak seirama dengan kinerja harga karet dunia. Hal ini bisa terjadi disaat ada permintaan di pasar domestik yang tinggi. Disisi lain anomali harga karet ini bisa dikarenakan oleh pelemahan mata uang rupiah yang saat ini ditransaksikan dikisaran level 15.500 per dolar AS," kata Gunawan.
Sementara itu, harga karet di tingkat petani Sumut justru naik ke Rp 8.000 hingga Rp 8.500/kg dari sebelumnya Rp 7.000 hingga Rp 7.500/kg.
"Harganya memang masih berfluktuasi. Seperti pekan ini yang mengalami kenaikan. Meski harga itu juga masih jauh di bawah harga ideal di level Rp 15.000/kg. Tapi jika melihat pada pergerakan harga di tahun ini, petani akan sulit dapat harga ideal itu," kata Ketua Kelompok Tani Karet "Mbuah Page" di Kuta Jurung, Kabupaten Deli Serdang, Sungkunen Tarigan.