Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Di penghujung tahun, Museum MACAN membuka pameran grup lintas disiplin yang menghadirkan karya 24 perupa Asia-Pasifik. Mengusung tema Voice Against Reason, para seniman mempertanyakan dasar dari apa artinya bersuara atau berpendapat.
Perupa yang berasal dari Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Jepang, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Pameran ini menghadirkan karya terbaru dan terkini hasil kurasi dari Putra Hidayatullah dan tim kuratorial Museum MACAN.
Para seniman yang berpartisipasi juga ada yang berasal dari Lebanon sampai Afghanistan dan sebelumnya belum pernah berpameran di Museum MACAN.
Asisten kuratorial Museum MACAN, Aditya Lingga mengatakan sebenarnya ada banyak nama yang masuk ke dalam tim kuratorial namun mengerucut menjadi 24 nama. "Dalam pameran ini, kami mencari gagasan yang kita lihat dari karya mereka. Kami juga mencari yang menjadi isu tersendiri dan mengaitkan dengan Indonesia di masa sekarang, memang sangat beresonansi," katanya ketika diwawancarai usai media tur di Museum MACAN, kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (15/11/2023).
Aditya Lingga menjelaskan salah satu karya seni yang ditampilkan merupakan ciptaan Natasha Tontey dari hasil risetnya tentang ritual adat Minahasa.
"Masih berlaku atau ada yang berbeda dari ritual adat, ada yang berbeda. Atau karya seni lainnya yang mempertanyakan apa sih institusi itu yang akhirnya runtuh. Jadi pertanyaan umum juga," ungkapnya.
Para seniman yang berpameran gagasan utamanya adalah menyuarakan sesuatu yang cenderung melawan arus atau konvensi yang ada. "Sebagian besar mempertanyakan juga, dan hal ini yang keluar ke permukaan. Mempertanyakan apakah ada norma lain yang kita pikirkan, kalau ditanya benang merah, pertanyaan mereka sama-sama bertanya tentang gagasan Voice Against Reason," kata perempuan yang akrab disapa Lingga.
Ko-kurator Putra Hidayatullah menambahkan, "Dengan melibatkan perupa dari Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Japan, Singapore, Taiwan, Thailand, dan Vietnam, pameran ini mengajak kita menggali lebih dalam tentang perbatasan, narasi pribadi, sejarah, dan politik yang saling terkait dengan geografi dan lanskap budaya yang beragam.
Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto menuturkan pameran grup Voice Against reason menghadirkan para perupa terkemuka dari Asia. Eksibisi ini dimulai dari gagasan bahwa perupa membantu kita dalam menyuarakan dan memberikan bentuk pada isu-isu dan ide-ide yang terkadang bergolak di bawah permukaan atau berlawanan arus.
"Di masa ini, di mana teknologi terkadang mendorong keseragaman, atau penulisan sejarah yang menyamarkan pengalaman individu dan pribadi yang berbeda, berbicara atau mengungkapkan pendapat adalah hal yang penting agar kita dapat melihat lingkungan sekitar dengan cara yang lebih kritis. Selama lebih dari 12 bulan, kami telah bekerja sama dengan para perupa dalam mengembangkan dan mengkomisi sejumlah karya baru yang akan dipamerkan bersamaan dengan karya-karya besar oleh para perupa dari seluruh regional Asia," ungkapnya saat jumpa pers.
"Voice Against Reason digagas tidak hanya sebagai sebuah pameran, namun sebagai sebuah wadah keterlibatan yang dinamis antara perupa, karya, dan pengunjung, yang diaktivasi melalui wicara, kuliah umum, dan presentasi selama periode pameran berlangsung," tukasnya.
Para seniman yang terlibat di antaranya adalah Bagus Pandega, Nadiah Bamadhaj, Chang En Man, Heman Chong, Griya Seni Hj Kustiyah, Edhi Sunarso, Hyphen-, Tom Nicholson with Ary "Jimged", Sendy, Aufa R. Triangga, Nasikin Ahmad, Emiria Soenassa, Galih Johar, Shilpa Gupta, I Ketut Muja, I Wayan Jana, Ika Arista, Jumaadi, Khadim Ali, Meiro Koizumi, Natasha Tontey, Tuan Andrew Nguyen, Mumtaz Khan Chopan, Ali Froghi, Hassan Ati, Rega Ayundya Putri, S. Sudjojono, Khaled Sabsabi, Kamruzzaman Shadhin, Sikarnt Skoolisariyaporn, Amin Taasha, dan The Shadow Factory.
Pameran grup Voice Against Reason dibuka mulai 18 November 2023 dan berlangsung hingga 14 April 2024.
dtc