Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
PEMILIH cenderung memilih berdasarkan kesan yang diperoleh dari pesan-pesan yang disampaikan para kandidat, baik dalam berkampanye maupun dalam debat. Oleh karena itu penting bagi calon presiden untuk tampil menyakinkan dan memberikan solusi konkret terhadap isu-isu penting. Faktor nonverbal, seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh juga dapat mempengaruhi persepsi pemilih ideologi and power.
Debat calon presiden yang ditayangkan media massa televisi langsung dari kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa, 12 Desember 2023, ditandai sebagai awal rangkaian debat kampanye Pemilihan Presiden (PIlpres) 2024.
Debat akan menjadi panggung bagi pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Anis Baswedan-Muhaimin Iskandar, paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran dan paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Debat tersebut menyentuh tema kunci yang menjadi sorotan masyarakat mencakup semua aspek baik sosial, politik, hukum, pemerintahan, hak azasi manusia, demokrasi, layanan publik, korupsi dan kerukunan warga. Dipandu host berpengalaman dan juga para narasumber dari berbagai pakar di bidangnya membuat suasana debat semakin seru untuk di saksikan masyarakat luas.
Dalam debat capres 2024 ada fenomena yang menarik, yakni ketika kandidat saling perang opini dengan gaya komunikasi saling sahut dan sindir secara tajam hingga menyulut emosi publik.
BACA JUGA: Keterwakilan Perempuan dalam Politik Indonesia
Terkait hal tersebut penulis tertarik menganalisis gaya bahasa yang dimunculkan dengan menggunakan teori tindak tutur ilokusi milik Searle sebagai pendekatannya, untuk mengungkap tujuan penggunaan gaya bahasa satire dan sarkasme kesantunan dalam berkomunikasi.
Menurut Searle (Rahardi, 2003), tindak tutur ilokusi ini dapat digolongkan dalam aktivitas bertutur itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi komunikatifnya sendiri-sendiri. Kelima macam bentuk tuturan tersebut adalah asertif, direktif, deklaratif, komisif, dan ekspresif.
Kelimanya dijelaskan secara singkat, sebagai berikut:
1. Asertif (Assertive) Tindak tutur asertif digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu menyatakan atau memberitahukan, menyarankan, membanggakan, menuntut, dan melaporkan (Searle dalam Tarigan, 1990). Tindak tutur asertif berfungsi untuk menjelaskan atau menyatakan sesuatu sesuai dengan kebenaran atau apa adanya.
2. Direktif (directive) adalah ilokusi yang brtujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan mitra tutur. Ilokusi direktif seperti larangan, memesan, memerintah, memohon atau meminta, memberi nasihat, dan merekomendasikan.
3. Deklaratif (declaration) adalah ilokusi yang digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan, misalnya mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat, menggolongkan, mengampuni, dan memaafkan. Ilokusi deklaratif ini merupakan kategori tindak ujar yang sangat khusus, karena biasanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki kewenangan.
4. Komisif (commisive) adalah tindak tutur yang penuturnya terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, bersumpah, menyatakan kesanggupan, menawarkan, dan bernazar. Tindak tutur komisif berfungsi menyenangkan. Penutur harus tulus dan ikhlas dalam melakukan tuturannya.
BACA JUGA: Demokrasi Tanpa Etika
5. Ekspresif (exspressive) adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap pisikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusimisalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, meminta maaf, mengecam, memuji, berbela sungkawa, mengeluh, menyanjung, menyalahkan, menuduh, dan mengkritik
Debat capres adalah hal yang wajib dilaksanakan, karena dengan debat tersebut warga masyarakat pemilih bisa memetakan kelebihan dan kekurangan para calon presiden dan pada akhirnya bisa mempengaruhi suara pemilih.
Faramida dkk dalam Pratama (2018), menjelaskan debat sebagai kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih (perorangan atau kelompok) dalam berusaha mendiskusikan dan memutuskan masalah serta mengkaji perbedaan.
Disimpulkan bahwa debat merupakan adu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh suatu pihak yang disebut pendukung atau tim pro dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau tim kontra.
Tujuan dari debat itu sendiri adalah untuk mengeksplorasi alasan?alasan di belakang setiap sudut pandang. Agar alasan tersebut dapat dimengerti secara persuasive. Pembicara dalam suatu debat seharusnya menyampaikan argumentasinya dengan kemampuan komunikasinya yang baik.
Berbagai alasan yang mendorong orang untuk berdebat, antara lain meyakinkan orang lain bahwa opini dia lebih baik.
Mendengarkan opini orang lain terhadap suatu isu, menemukan solusi yang terbaik untuk suatu masalah. Maka dari debat tersebut bisa mempengaruhi pemilih, bisa saja yang sebelumnya tidak pendukung menjadi pendukung, sebelumnya tidak berniat memilih menjadi memilih pasangan tersebut.
Namun sangat disayangkan apabila kandidat tersebut tanpa sadar melontarkan narasi-narasi komunikasi yang menyakitkan, menyindir maupun merendahkan bisa berdampak pada kerugian pendukung atau membuat rasa simpati menjadi empati.
Dalam artikel kali ini penulis mencoba mengkaitkan dengan berbagai aspek, termasuk isu-isu yang dibahas, gaya komunikasi calon, respons terhadap pertanyaan krusial, dan dampaknya terhadap citra serta dukungan pemilih.
Berikut adalah beberapa poin yang mungkin relevan untuk dianalisis pada debat calon presiden yang baru saja tampil disiarkan luas dari berbagai media massa tanpa menyebutkan narasi fakta yang disampaikan para kandidat.
Penulis hanya membuat perumpamaan yang tentu masyarakat bisa membaca mana calon inovatif, kretaif dan mana calon tendesius dan tak paham subtansi permasalahan.
Pemahaman Isu Pemilih. Sejauh mana capres dapat memahami dan merespons isu-isu yang dianggap penting oleh pemilih? Bagaimana mereka menjelaskan solusi untuk masalah-masalah tersebut?
Gaya Komunikasi/Kemampuan Berbicara. Bagaimana kemampuan calon untuk menyampaikan gagasan dan pandangan mereka secara jelas dan meyakinkan? Apakah mereka mampu mengomunikasikan visi dan misi mereka dengan baik?
Gaya Berbicara. Apakah capres memiliki gaya berbicara yang dapat menginspirasi dan membuat pemilih merasa terhubung? Bagaimana mereka menanggapi pertanyaan kritis dan kritik dari lawan politik? Sejauh mana calon mampu merespons pertanyaan kritis dengan cepat dan jelas? Apakah mereka menghindari pertanyaan atau memberikan jawaban yang substansial?
BACA JUGA: Pemilu Gado-gado
Kredibilitas. Bagaimana capres membangun dan mempertahankan kredibilitas mereka melalui jawaban-jawaban mereka? Apakah pemilih merasa yakin dengan penjelasan dan komitmen yang diberikan? Citra dan Kesan. Kesan Keseluruhan: Bagaimana penampilan keseluruhan calon dalam debat memengaruhi persepsi pemilih? Apakah ada momen-momen yang mencolok, baik positif maupun negatif? Kepercayaan dan Integritas. Apakah debat meningkatkan atau merusak kepercayaan pemilih terhadap calon? Apakah ada isu integritas yang perlu ditanggapi dengan lebih baik?
Dampak pada Dukungan Pemilih
Perubahan dukungan bisa berubah apabila narasi-narasi yang disampaikan kandidat tidak masuk akal atau sesuatu kalimat yang menohok dan menyakitkan perasaan.
Oleh karena itu perlunya kehati-hatian dalam menyampaikan pendapat. Karena dengan salah kalimat bisa memunculkan kebencian, namun sebaliknya bila bahasanya santun dan masuk akal maka akan menjadi nilai plus bagi kandidat itu sendiri.
Analisis Respons Media dan Publik
Liputan media pada debat capres dapat mempengaruhi pemilih secara luas. Jadi jurnalis yang meliput debat harus menyampaikan kebenaran bukan setingan. Biarkan masyarakat pemilih siapa yang layak memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Analisis ini dapat membantu memahami dampak debat Capres pada presepsi pemilih dan membantu kampanye calon untuk menyesuaikan strategi mereka menjelang Pilpres 2024.
Penting untuk memperhatikan respons pemilih secara menyeluruh dan merespons secara positif terhadap masukan dan umpan balik dari pemilih.
====
Penulis Mahasiswa Pascasarjana Prodi Komunikasi Dan Penyiaran Islam UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, merupakan pendapat pribadi/tunggal) penulis, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto penulis (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]