Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Setiap orang berkeinginan untuk bisa tampil menjadi seorang pemimpin, hanya saja terkadang keinginan tersebut dipendam sedalam mungkin. Alasannya karena tidak memiliki rasa percaya diri. Itulah sebabnya saat ini begitu banyak training yang ditawarkan untuk bisa melatih orang-orang terkhusus anak muda tampil menjadi seorang pemimpin. Istilah kepemimpinan sebenarnya sudah terdengar sejak dulu, termasuk dalam lingkup keluarga kita. Bisa dipastikan juga bahwa sebenarnya setiap orang terlahir dengan kemampuaan untuk menjadi seorang pemimpin.
Pemimpin berarti seseorang yang mampu mengarahkan, menuntun, atau bahkan mempengaruhi orang banyak untuk mengikuti apa yang dikatakannya. Bisa dikatakan seorang pemimpin akan menjadi sorotan karena setiap apa yang dikatakannya atau bahkan yang dilakukannya akan ditiru oleh orang-orang di sekelilingnya.
Menjadi seorang pemimpin di masa kini merupakan satu tantangan baru. Masa sekarang kita diperhadapkan pada generasi milenial yang tatanan kehidupannya akan sangat berbeda dengan orang-orang di zaman sebelumnya. Generasi milenial menjadi ujung tombak kemajuan bangsa ini, karena beberapa tahun kedepannya, merekalah yang akan meneruskan estafet di bidang pemerintahan, perekonomian, pendidikan, bahkan di semua aspek yang mencakup sosial masyarakat. Generasi milenial adalah istilah yang dilekatkan pada orang-orang yang muncul setelah generasi X.
Lalu pertanyaannya ialah bagaimana menjadi seorang pemimpin di masa generasi milenial ini? Lalu apa yang membedakan tipe kepemimpinan dulu dengan saat ini?
Maka kita bisa perhatikan bahwa pada era globalisasi saat ini, ada banyak tipe kepemimpinan yang akhirnya dijadikan acuan untuk bisa bertahan dan memberi pengaruh. Sifat kepemimpinan generasi milenial lebih condong kearah “followes” daripada “leader”. Pemimpin di masa lalu lebih tinggi dalam hal inisiatif dan antusiasme. Kebanyakan orang-orang di zaman milenial ini lebih memilih mengikuti tren dan arus yang sedang heboh. Daripada melakukan perubahan mereka identik memilih untuk menjadi pengamat dan pengikut. Meski begitu, merekalah aset bangsa ini yang beberapa tahun kedepan akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik lagi.
BACA JUGA: Anak Gaul: Katakan Tidak pada Sampah Plastik!
Sangat disayangkan apabila kita tidak peduli dengan perkembangan bangsa ini, termasuk kepada lahirnya bibit-bibit unggul di masa generasi milenial ini. Itulah sebabnya dimana-mana kita akan menemukan begitu banyak seminar, training, camp, dan sejenisnya untuk bisa melatih dan mempersiapkan mereka dalam hal kepemimpinan yang disesuaikan dengan zaman mereka saat ini.
Lalu apa yang kita harus lakukan untuk membentuk mereka menjadi seorang pemimpin? Berikut bagian penting yang bisa kita lihat untuk sama-sama berbenah.
1. Meningkatkan rasa percaya diri kepada anak-anak milenial
Sadar atau tidak sebenarnya kita diperhadapkan pada anak-anak yang “melempem” dalam hal kepercayaan diri. Mereka tidak berani untuk mengambil resiko saat mengeksplor dirinya karena mereka tidak bisa dan tidak percaya diri. Low self esteem membuat mereka betah duduk dan berdiam menjadi seorang followers. Bekal menjadi seorang pemimpin ialah memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga mereka bisa membawa orang lain kepada satu perubahan yang bisa dipertanggungjawabkan.
2. Meningkatkan kesadaran untuk memperluas wawasan
Seorang pemimpin harus “berisi” dalam hal wawasan dan ide. Mereka dituntut untuk memilih, menentukan, dan memutuskan suatu hal dengan baik dan benar. Suatu keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin harus mampu dipertanggungjawabkan secara logika, ilmu pengetahuan, sosial, dan lain sebagainya. Dengan wawasan yang luas, seorang pemimpin akan percaya diri menyakinkan pengikutnya untuk berjalan dan bertahan bersamanya.
3. Berani mengambil risiko
Seorang pemimpin harus mampu mengambil resiko dan bertanggungjawab atas setiap keputusan yang sudah ditetapkannya. Dengan menunjukkan keberanian tersebut, orang disekelilingnya akan mengakui kepemimpinannya. Berani mengambil resiko adalah hal yang sangat sulit dilakukan oleh kebanyakan orang apalagi kalau sampai menyangkut hidup banyak orang
4. Berani berpendapat
Siapa bilang menyampaikan ide dan isi pikiran kita adalah hal yang mudah? Bahkan ada beberapa orang yang akhirnya mengubur ide mereka hanya karena tidak berani mengutarakan. Lihatlah bahwa ada banyak ide diluar sana yang akhirnya karam dan tidak muncul ke permukaan. Lalu apa yang akan terjadi apabila pemimpin di zaman ini takut untuk menyuarakan pendapat dan idenya? Bisa-bisa kita tidak akan mampu melihat matahari terbit keesokan hari
5. Mau dipimpin
Menjadi seorang pemimpin yang tangguh ialah ketika dia pun mau dipimpin. Artinya akan ada kesempatan dimana dia harus menghargai orang lain dan mendengarkan pendapat orang lain. Seorang pemimpin identik dengan orang yang tidak sabar dan cenderung memaksakan kehendak. Untuk itu generasi milenial harus melahirkan pemimpin yang siap dipimpin dan memimpin.
6. Rendah hati
Hal ini yang mungkin sulit dilakukan dan diaplikasikan. Bahkan bisa dikatakan akan sangat sulit mencari pemimpin yang rendah hati. Mengapa? Karena seorang pemimpin biasanya terkenal dengan otoriter karena memiliki jabatan, uang, dan kekuasaan. Untuk itu generasi milenial, sudahkah kamu siap mengaplikasikannya?
Anak muda yang terlahir dengan konsep instan dalam pemikirannya mungkin akan sulit untuk bertahan. Akan tetapi ingatlah bahwa bangsa ini menantikan benih-benih unggul yang siap menjadi pemimpin di zaman ini. Pemimpin yang dinantikan ialah yang bisa menjangkau dan menjadi sahabat bagi generasi milenial saat ini. Siapkah kita menjadi pemimpin seperti itu?
====
Penulis Alumni Pascasarjana ITB/Pendidik dan Founder Ruang Bergerak.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]