Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Pada perdagangan saham 31 Januari 2018 terjadi terjadi crossing saham PT Sentul City Tbk (BKSL) sebanyak 33,5 juta lot di harga Rp 350 dengan nilai mencapai Rp 1,17 triliun. Beberapa hari setelahnya muncul keterbukaan informasi bahwa yang membeli adalah Jonathan Tahir yang merupakan anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia Dato Sri Tahir.
Kepada, Tahir menceritakan alasannya untuk mengakuisi 6,07% saham BKSL tersebut. Awalnya anaknya Jonathan Tahir menjalin bisnis dengan anaknya Bos Sentul City Cahyadi Kumala yang bernama James Frederick Kumala yang membangun proyek perumahan Ayala Sentul.
"Anak saya dengan putranya Cahyadi Kumala sedang bekerjasama atas tanah 30 hektar. Ini proyek perumahan sudah 3-4 tahun lalu. Dari situ ada pembicaraan antara kami dengan Cahyadi Kumala dari pada kita kerjasama sepotong-sepotong tanah lebih baik saya masuk ke Sentul," terang Tahir, Senin (26/2).
Tawaran itu pun disambut baik oleh keluarga Kumala. Namun keluarga Kumala enggan melepas kepemilikan kuasa sahamnya di BKSL, dan akhirnya diperkenankan untuk mengambil 6% saham BKSL.
Dengan modal kepemilikan saham tersebut, nantinya Jonathan Tahir akan duduk di kursi komisaris BKSL. Diharapkan, dengan begitu keluarga Tahir bisa ikut membantu mengembangkan Sentul City.
"Dengan reputasi kita, reputasi keluarga Tahir maupun Mayapada Group, itu juga akan meningkatkan suatu image dari pada Sentul yang lebih baik," imbuhnya.
Selain itu, Tahir mengaku melihat potensi yang besar atas kawasan Sentul City Bogor yang dia sebut sebagai City Resort. Menurutnya belum ada kawasan hunian yang begitu lengkap mulai dari transportasi, infrastruktur hingga kawasan hiburan terlengkap.
"Biasanya resort itu kan rumah kedua dan ketiga. Gabungan dengan resort ini memungkinkan terjadi di Sentul karena tranportasi yang begitu bagus, Tol Jagorawi ditambah LRT. Jadi kalau bicara resort iya, kalau bicara city juga iya. Ini penting," tambahnya.
Selain itu dia juga memandang harga saham BKSL juga masih menarik. Meskipun dia membeli saham BKSL Rp 350 per lembar jauh di atas harga saham saat itu sekitar Rp 147
Meski begitu dia menegaskan bahwa pihaknya membeli saham BKSL murni atas alasan itu dan tidak ada rencana untuk menjual kepemilikan saham itu untuk saat ini. Tahir juga mengatakan belum ada niat untuk menambah kepemilikan sahamnya.
"Ya enggak mau miss leadingsoal harga saham, dikira saya main saham. Saya beli tidak untuk dijual. Menurut saya harganya masih baguslah," tegasnya. (dtc)