Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut mewaspadai potensi kenaikan harga kelompok volatile food (VF) dan administered price (AP) bakal meningkatkan laju inflasi Sumut ke depan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Arief Budi Santoso, mengungkapkan, potensi kenaikan harga kedua kelompok faktor inflasi itu sebagai dampak erupsi Gunung Sinabung, pekan lalu dan kenaikan harga BBM non subsidi yang baru saja ditetapkan.
"Pasti akan berpengaruh terhadap inflasi. Kami akan cek dan jaga di lapangan agar dampaknya tidak terlalu tinggi," katanya, di Medan, Jumat (2/3/2018).
Dalam kaitan ini, TPID berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas harga dengan fokus pada upaya menjamin pasokan, distribusi, dan pengelolaan pasca panen berbagai bahan kebutuhan pokok, serta menjaga ekspektasi inflasi.
Ke depan, tekanan inflasi pada tahun 2018 diperkirakan tetap terjangkar pada sasarannya yaitu 3,5±1%. Namun demikian, potensi kenaikan harga pada kelompok VF dan AP memanh harus diwaspadai.
Sebagai catatan, pada bulan Februari 2018 mencatatkan deflasi 0,89% (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan nasional yang mengalami inflasi 0,17% (mtm).
Secara spasial, keempat kota IHK di Sumatera Utara mengalami deflasi. Medan menjadi kota dengan deflasi tertinggi di Indonesia 0,96% (mtm). Sementara itu, kota Pematangsiantar, Padangsidimpuan, dan Sibolga juga mengalami deflasi masing-masing 0,58% mtm; 0,58% mtm; dan 0,5% mtm. "Realisasi inflasi yang searah menggambarkan disparitas antar wilayah yang relatif baik," pungkasnya.