Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. T-shirt atau bahasa rakyatnya kaos oblong tidak hanya komoditi industri kreatif, namun juga wadah ekspresi bagi pembuatnya. Pada sablon kaos oblong akan kita dapati berbagai karya unik. Mulai dari berbentuk gambar maupun berupa tulisan.
Di Indonesia salah satu industri kaos oblong yang paling dikenal adalah Dagadu dari Yogyakarta. Produksi kaos Dagadu dikenal karena keunikan sablon yang ada padanya. Kadang berupa sentilan, kritik satir, pantun, teka-teki maupun dalam bentuk gambar yang nyentrik. Kualitas kaos dagadu pun terjamin. Harganya juga terbilang murah dibanding produksi sejenis.
Yang menariknya lagi, produksi kaos Dagadu biasanya limited edition. Untuk satu jenis kaos diproduksi terbatas. Inilah yang membuat produksi terbaru kaos Dagadu selalu diincar para maniak kaos di Indonesia.
Hal itu dijelaskan salah seorang mantan pembuat kaos khas Medan, Bono Emiry kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (10/4/2108). Lewat komunitas Media Identitas (Miden), ia sempat memproduksi kaos oblong dengan mengangkat warna lokal Sumut.
Namun hal itu tidak bertahan lama. Besarnya biaya produksi membuat harga kaos mereka terpaksa dijual lebih mahal dibanding harga kaos yang dijual di toko.
"Kaos kami harganya lebih mahal dari yang dijual di toko. Itu karena produksinya terbatas, baik dari segi jumlah maupun motif. Selain itu, bahan dasarnya (kaos kosong) harus didatangkan dari Jawa dengan jumlah sesuai orderan. Jadi bukan per bal," ujarnya.
Bono mengaku, itulah yang membuat bisnis kaos yang dirintisnya bersama teman-temannya tidak berusia lama. "Harga satu potong kaos, bisa sampai seratus ribu. Orang Medan mikir dua kali bila harganya segitu," akunya.
Senada dengan Bono, Fedricho Purba salah seorang desainer sablon kaos di Medan menyayangkan bisnis kaos di Medan tidak bisa lepas dari Jawa. Bila Medan bisa menyediakan sendiri bahan mentahnya, harga kaos itu tentu bisa ditekan. Padahal Medan (Sumut) kaya akan idiom-idiom lokal yang sangat menarik dituangkan ke dalam kaos. Bukan hanya Lake Toba, Brastagi atau Bukit Lawang.
"Aku sendiri sering diminta membuat desain kaos tapi sebatas untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Kalau mau terjun langsung ke industri itu, mikir dua kali," katanya.
Yang kutahu untuk produksi kaos sablon khas Medan (Sumut) selama ini baru dihandle oleh BK Ethnic dari Bandung. Sebagian pendirinya adalah orang Medan yang merantau ke Bandung. Kini mereka sudah buka beberapa distro di Medan, Siantar dan Binjai. Tapi diproduksi tetap saja di Bandung.
Menurut Fedricho, industri kreatif ini cukup menjanjikan. "Selain bernilai ekonomis juga sebagai sebuah karya seni yang dibutuhkan oleh siapa saja," jelas mahasiswa seni rupa Unimed ini.