Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sebanyak 20 petani penangkar dan 10 petugas Dinas Pertanian dari 10 kabupaten kota di Sumatera Utara (Sumut) mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Kultur Jaringan di Benih Induk Hortikultura (BIH) Gedung Johor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut.
Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 17-19 Juli 2018 ini dibuka oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut M Azhar Harahap, Selasa (17/7/2018).
Menurut Kepala UPTD BIH Gedung Johor Bahruddin Siregar, adapun peserta yang ikut Bimtek berasal dari Kota Medan, Deliserdang, Binjai, Langkat, Serdang Bedagai (Sergai), Asahan, Simalungun, Tebingtinggi, Batubara dan Kabupaten Karo.
"Masing-masing peserta untuk petani penangkar dua orang per kabupaten sedangkan petugas yang mendampingi satu orang per daerah," kata Bahruddin, Kamis (19/7/2018), di Medan.
Untuk kegiatan yang dilaksanakan selama mengikat Bintek, kata dia, para peserta mempelajari undang-undang (UU) Pengawasan Benih yang dilakukan oleh petugas dari UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih, perbanyakan kultur jaringan yang diberikan oleh peneliti dari Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sumut.
Selain itu juga pengenalan alat-alat laboratorium kultur jaringan dan ekspose tentang hortikultura oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut.
"Peserta juga mempelajari teknik perbanyakan bibit kentang dan pisang melalui kultur jaringan dari planlet serta melihat perbanyakan bibit hortikultura yang ada di BIH Gedung Johor," kata Bahruddin.
Sebelumnya, dalam sambutannya, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut M Azhar Harahap mengatakan, Indonesia merupakan dengan yang potensial bagi pengembangan hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi.
Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.
"Secara kumulatif potensi hortikultura Indonesia dapat dilihat dari besarnya sumberdaya genetik yang dimiliki Indonesia," kata Azhar.
Untuk pisang, Azhar mengatakan, pisang menduduki tempat pertama diantara jenis buah-buahan, baik dari sisi sebaran, luas pertanaman maupun dari sisi produksinya.
Namun secara umum, produktivitas pisang yang dikembangkan masyarakat masih sangat rendah, hanya berkisar 10-15 ton per hektare. Padahal potensi produktivitasnya bisa mencapai 35-40 ton per hektare.
Kesenjangan produktivitas tersebut terutama disebabkan karena teknik budidaya yang tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan penyakit terutama oleh serangan layu bakteri atau penyakit darah dan penyakit layu fusarium.
Karena itu, untuk keberhasilan usaha tani pisang, selain penerapan teknologi, penggunaan varietas unggul dan perbaikan varietas harus dilaksanakan.
"Varietas yang dimaksud adalah varietas yang toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, mampu berproduksi tinggi serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai," kata Azhar.
Teknologi kultur jaringan kata Azhar, telah terbukti dapat digunakan sebagai teknologi pilihan yang sangat menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan bibit. Tanaman muda yang diperbanyak melalui teknologi memiliki keseragaman yang tinggi dan bebas penyakit.
"Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, petugas dan petani penangkar perlu diberikan dorongan bimbingan dan pembinaan berkelanjutan dengan menggelar pelatihan yang mengarah pada penggunaan bibit bermutu dan teknik kultur jaringan menjadi salah satu jalan untuk mengembangkan potensi tanaman hortikultura di Sumut," jelas Azhar.* (Junita Sianturi)