Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan devisa hasil penerapan biodiesel 20% (B20) hingga akhir 2019 sebesar US$ 3,4 miliar.
Hal itu jauh dari potensi devisa yang diucapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu sebesar US$ 5,5 miliar setiap tahunnya. Devisa tersebut berasal dari hasil penghematan kegiatan impor solar pasca implementasi B20.
"Sampai akhir tahun US$ 3,4 miliar. Ini hanya segini," kata Darmin di kantor Presiden Jakarta, Senin (12/8/2019).
Darmin menyebut, realisasi devisa hasil penerapan B20 selama Januari-Juli tahun ini sebesar US$ 1,6 miliar. Untuk mencapai target, kata Darmin, bergantung dengan pergerakan harga solar.
"Itu kan tergantung harga solarnya berapa, yang namanya penghematan itu kan jumlah FAME yang digunakan diganti solar, solar yang tidak jadi diimpor, jadi tergantung harga solar saat ada pergantian itu juga," jelas dia.
Selain itu, selama pelaksanaan B20 dari Januari hingga Juli mampu menghemat impor solar dengan rata-rata 45%/bulan.
"Rata rata impor solar bulanan tahun 2019 adalah turun 45% dibanding rata-rata impor solar bulanan tahun 2018. Tentu saja harus turun karena sekarang sebagian diganti dengan FAME atau CPO," tutur mantan Gubernur Bank Indonesia itu.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengadakan rapat terbatas (ratas) bersama beberapa menteri kabinet kerja. Kali ini, dirinya membahas mengenai evaluasi pelaksanaan program mandatori biodiesel 20% (B20).
Dalam pembukaan ratas, Jokowi bilang bahwa pada Januari 2020 pelaksanaan program biodiesel sudah mencapai 30% dan akhir tahun depan meningkat lagi menjadi B50.
"Saya juga ingin agar B20 ini nanti pada Januari 2020 itu sudah pindah ke B30, dan selanjutnya di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50," kata Jokowi di kantor Presiden, Jakarta, Senin (12/8/2019).
dtc